Mendapati bangunan toko tutup di Kramatjati, Jaktim, ini saya terkesan oleh logonya: Tupperware. Misalnya tak ada berita perusahaan itu minta dinyatakan pailit di Amerika, September lalu, saya tak memotretnya. Saya berharap punya arsip dari jenama Amerika yang mengglobal, berdiri pada 1946. Indonesia pernah menjadi pasar terbesar Tupperware, di atas Jerman, pada 2013.
Di Indonesia ada masa ketika bagi sebagian orang wadah plastik adalah Tupperware — ada yang mengeja troperwèr — apa pun mereknya. Artinya jenama ini sangat kuat menancap di benak, sehingga menjadi nama barang, seperti cairan koreksi untuk kertas adalah Tipp-Ex, dan penanda warna untuk teks adalah Stabilo.
Oh ya, dan marker pen adalah Spidol, sampai sekarang, bahkan masuk KBBI. Demikian pula pisau cukur adalah Gillette, lalu kamus kita meresmikannya sebagai silet. Namun rapido, dari jenama drafting pen Rapido, belum masuk kamus.
Kemudian perjalanan waktu berkata lain. Penjualan produk Tupperware melalui MLM turun, brand pesaing terus bertambah dan berjualan secara daring dengan harga lebih murah.
MLM? Ya benar, itu tulang punggung pemasaran Tupperware melalui jalur sosial. Bahkan Tupperware salah satu pemuka multi-level marketing untuk produk konsumen. The Conversation mengutip dokumen Tupperware untuk minta dipailitkan, “Hampir semua orang tahu Tupperware, tapi sekarang makin sedikit yang tahu di mana belinya.”
BBC Indonesia mengutip Yel Fitria (42), yang semasa menjadi guru swasta di Jakarta sempat mengikuti arisan Tupperware, 2013-2014. Ada sepuluh guru di sekolahnya yang ikut arisan, membayar Rp100.000 per bulan. Pemenang arisan membawa pulang berbagai produk Tupperware dengan nilai total Rp1 juta.
“Jadi sebenarnya kita beli Tupperware dengan mencicil,” kata Fitria. Ia menyimpulkan, “Ini sebenarnya trik dagang.”
Soal jenama alat minum menjadi nama benda, yang sampai kini bertahan adalah Thermos. Kita menyebutnya termos. KBBI mengakui.
2 Comments
https://money.kompas.com/read/2024/11/05/063800426/tupperware-batal-bangkrut-ini-sebabnya
Rp370,4 miliar. Kalah banyak dari makan siang gratis.