Kementerian PUPR bersama UGM menyelenggarakan Pameran Memetri di Yogyakarta. Membaca istilah itu segera terbayangkan oleh saya bahasa Jawa. Namun dalam kapsi foto Kompas dan berita di media lain tak disebutkan arti memetri padahal dalam KBBI tak ada lema tersebut.
Kapsi foto:
Pengunjung menghadiri pameran Memetri yang diselenggarakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jumat (11/10/2024). Pameran yang merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Habitat Dunia-Hari Kota Dunia ini digelar untuk meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap perubahan iklim. Pameran berlangsung hingga 19 Oktober 2024.
Misalnya saya bukan orang Jawa, besar kemungkinan saya tak segera paham arti memetri. Oh maaf, sebagai orang Jawa pun, kalau saya jauh lebih muda dari sekarang, mungkin juga tidak tahu. Istilah memetri termasuk kata yang arkais. Jarang terucapkan dalang keseharian.
Untunglah Kedaipena mengutip penjelasan kurator pameran, Yoshi Fajar Kresno Murti, bahwa memetri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti memelihara, memuliakan, dan menghormati. Dalam Bausastra Jawa W.J.S. Poerwadarminta, memetri berarti “ngopèni lan mêmundhi“.
Saya orang Jawa, masih dapat bertutur dalam bahasa Jawa sekadarnya, karena masa lalu saya di Salatiga dan Yogyakarta. Anak-anak saya, sebagai anak Jakarta Raya — tepatnya Bekasi, Jabar — tentu tak seperti bapaknya dalam berbahasa Jawa.
Dalam menulis pun saya sangat dipengaruhi bahasa Jawa. Namun saya menyayangkan, dalam pengayaan bahasa Indonesia, terutama dalam memungut kata, kejawaan ini sangat tebal. Padahal Indonesia bukan hanya Jawa.