Kemarin sore sesisir pisang kepok kuning itu sudah matang. Siang sehari sebelumnya cuma beberapa buah yang agak menguning, saat kami menerima buah tangan dari saudara yang memanen pisang dari tanggul kali kecil di seberang rumahnya.
Masalahnya, setelah semua pisang itu matang saya tidak dapat mengolahnya menjadi pisang goreng karena nyonya rumah ke luar kota, baru tiba di rumah kemarin malam.
Tadi menjelang sore, nyonya menggoreng pisang yang makin matang itu. Enak. Saya cocok. Saya suka pisang kepok goreng yang agak benyai karena sudah keluar madunya. Tambah lezat karena digoreng dengan gandum dan telur pakai margarin.
Blog ini beberapa kali membahas pisang. Jadi, jika Anda pembaca baru, salah kalau menilai blog serampangan ini sering membahas politik, apalagi yang berhubungan dengan Jokowi, saat saya masih menyukai dia maupun tidak.
Salah satu posting pisang kepok mengangkat parikan atau pantun kilat Jawa: gedhang kepok gedhang ijo, sing mondok dadi bojo. Artinya, anak yang indekos, cowok maupun cewek, akhirnya jadi menantu induk semang.
Ada sejumlah contoh di sana. Yang tidak saya sebut adalah seorang Mbak Karyawati menikah dengan anak STM, putranya ibu kos. Mereka hidup bahagia, sekarang mungkin sudah punya cucu.
Ada juga kasus lain yang tak saya sebut, setidaknya ada dua yang yang prianya saya kenal. Mereka, semasa mahasiswa, di kota yang berbeda, akhirnya menikahi ibu kosnya yang menjada dan tentu saja lebih tua.
Di luar romansa rumah indekos, pisang jenis apa pun adalah bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Di Jawa Tengah ada saja kampung bernama Gedangan — dilafalkan nggêdhangan. Mungkin toponimi merujuk vegetasi dominan di lokasi. Di Jakarta dan Bekasi ada Pisangan.
Pisang yang digemari orang pasti laku. Daun pisang yang cocok untuk bungkus makanan juga laku, tetapi kabarnya makin mahal. Bahkan di Indonesia ada pengekspor daun pisang ke Jepang.
Pisangan olahan juga laku, termasuk sale pisang, ledre, dan keripik pisang. Ada juga jenama Sang Pisang, milik GK (Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep), yang bernaung di bawah grup GK Hebat dengan nama badan hukum PT Harapan Bangsa Kita. Sudah itu saja, saya tak melanjutkan. Saya tadi bilang tidak membahas Jokowi. Maaf.
4 Comments
Nggedhangan terdekat dari rumah saya, berjarak sekitar 3 km ke arah Selatan, masuknya Kabupaten Sukoharjo, sangat dekat dengan TPU (besar) Daksinoloyo Danyung (Ndanyung).
BTW, jadi, sekarang Paman tidak menyukai Joko Widodo? Presiden top lho, dia! Sangat berhasil dan selalu kerja kerja kerja lho! Anak-anaknya pun hebat — sesuai nama grup bisnis mereka.
Paman tidak menyukai Joko Widodo? Kok bisa?
Hidup Gedangan!
Hidup orang mengecewakan dan keluarganya yang suka gedhang dan krangan.
Kok bisa?
Lha ya bisa
Le thong kebo gedhang krangan!
Cocok. Klof.
Njenengan suka mbombong dan ngompori, mentang-mentang punya kompor lebih dari dua