Paus makan mi instan, di kejauhan jet privat mengawan

Sampul Tempo nakal, cerdas, jenaka, cocok dengan Sri Paus yang humoris. Dengan lukisan, dan generator AI, media bisa menampilkan adegan mustahil.

▒ Lama baca < 1 menit

Paus makan mi instan, di kejauhan jet privat mengawan

Seolah-olah Paus Fransiskus (87) datang ke Indonesia dengan penerbangan bertiket murah yang menyediakan mi instan. Saya heran ketika dulu Air Asia menyediakan mi instan dalam mangkuk yang hanya bisa dipesan sebelum terbang. Harganya tetap saja mahal, kalau penumpang selama terbang ingin yang murah silakan memesan di luar pesawat.

Ilustrasi majalah Tempo (9—15 September 2024) memang nakal. Di latar belakang, luar jendela, tampak pesawat jet privat menyibak angkasa. Tertulis dalam teks kecil pengantar di sampul:

Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus tak hanya membawa pesan toleransi bagi masyarakat Indonesia. Pidato telaknya di depan. Presiden Jokowi: hidup sederhana dan tidak rakus kekuasaan.

Kesederhanaan. Itulah citra diri Paus. Sebagai seorang Yesuit dia terikat kaul kemiskinan. Wartawati Tempo yang ikut rombongan sejak dari Roma, Italia, melaporkan, selama kunjungan Paus bersepatu hitam, bukan sepatu merah seperti Paus lain yang merupakan lambang raja.

Menurut Tempo, “Paus Fransiskus datang ke Indonesia dengan kesederhanaan. Tak ada pesawat jet pribadi, mobil antipeluru, atau hotel mewah yang ditempatinya. Di media sosial, jam tangannya yang bermerek Casio menyita perhatian netizen. Orang banyak lantas menghubungkan hal itu dengan gaya hidup mewah para pejabat dan keluarganya.”

Membandingkan kebersajaan Paus, sebagai kepala negara, dengan kondisi aktual Indonesia ini seperti yang dilakukan Kompas dan media lain. Ada latar berpikir yang sama pada media, terutama terhadap kasus Kaesang Pangarep yang tak kunjung memberikan penjelasan, sampai dia dilaporkan hilang.

Membandingkan kesederhanaan Paus dan gaya keluarga Jokowi

Lalu soal gambar sampul ini bagaimana? Tadi saya sebut nakal, kini saya tambahi cerdas dan jenaka secara kontekstual. Kebetulan Paus Fransiskus suka humor. Klop.

Tempo tetap mempertahankan gaya ilustrasi lukisan, meneruskan tradisi prakomputer abad lalu majalah itu dengan dry brush Oentarto dan Cahyono Abdi, supaya pembaca tahu itu rekaan. Padahal dengan olah imaji kompugrafik, katakanlah dengan Photoshop sehingga menghasilkan foto baru ala Agan Harahap, hal itu juga bisa.

Apalagi kini soal foto rekaan dapat dilakukan dengan kecerdasan artifisial sehingga juri lomba foto pun bisa terkecoh. Tetapi jika media menyajikan foto hasil AI harus menyertakan keterangan, bukan?

Paus makan mi instan, di kejauhan jet privat mengawan

Tinggalkan Balasan