Prasangka terhadap galian got yang saya jumpai malam ini

Maka got pun dibuat lagi. Kalau kelak got terisi tanah dan semen lagi? Ya bikin lagi. Orang Indonesia selalu optimistis.

▒ Lama baca 2 menit

Tadi setelah senja, sekitar setengah tujuh hampir malam, saya memasuki jalan akses ke lingkungan saya dengan berjalan kaki. Saat berangkat dari rumah, magrib, saya melewati jalan lain sehingga tak melewati jalan masuk yang sebelah kirinya, dari arah gerbang, ada galian sedalam setengah meter.

Saya memasuki jalan ini dengan menyusuri sisi kiri. Melihat galian, saya teringat pernah pernah memotret bekas got di situ dua tahun lalu. Tadi saya memotret lagi.

Galian ulang got di jalan masuk Chandra Baru

Setelah memotret, tetap di sisi kiri, saya membalikkan badan. Lalu saya memotret galian terusan yang barusan saya jepret sehingga galian ada di bagian kiri foto. Sebelumnya, galian ada sisi kanan foto.

Saya menanya beberapa pemilik warung di sisi galian, yang tak tahu nama saya namun hafal wajah saya, jawabannya mereka sama: kedukan itu untuk got.

Galian ulang got di jalan masuk Chandra Baru

Lantas saya memutar badan, meneruskan langkah, membelakangi galian yang saya foto sebelumnya. Dalam gambar, galian ada di sebelah kiri. Tanah galian yang menumpuk di atas jalan menjadikan lalu lintas hanya cukup untuk satu mobil. Jadi, untuk berpapasan, setiap pengemudi harus bersabar.

Galian ulang got di jalan masuk Chandra Baru

Seruas jalan ini sebenarnya bukan wilayah kompleks. Malah dahulu merupakan bagian dari Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kabupaten Bekasi. Lalu setelah ada Kota Bekasi (ya, Kobek), area ini ikut Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondokmelati.

Galian ulang got di jalan masuk Chandra Baru

Ah, abaikan dulu soal perubahan batas wilayah administratif. Ada yang lebih utama dan alami: perjalanan air tak mengenal teritori administratif. Dulu, di sepanjang galian, sudah ada got. Sempit. Dangkal. Lama-kelamaan got tertutup tanah. Ada juga yang tertutup semen.

Tak tega saya mengatakan bahwa cara semaunya setiap pemerintah lokal menangani drainase, apalagi di kawasan rawan banjir, adalah salah satu kebanggaan Indonesia. Secara tipikal demikian. Tentu ada pemda yang bagus, dan itu pengecualian. Maka bagi pemerintah lokal yang buruk, mengeruk endapan got boleh ya dan tidak. Membangun ulang got tanpa memikirkan perawatan adalah sebuah pilihan sadar.

Saya skeptis, bahkan khawatir, got baru ini kelak akan mendangkal lagi bahkan terisi tanah lagi. Sebentar lagi Pilwali Bekasi 2024, saya tak tahu apakah kandidat memikirkan drainase yang genah secara berkelanjutan, terutama di wilayah luar dari pusat kota.

Galian ulang got di jalan masuk Chandra Baru

Saya meneruskan perjalanan. Diterangi lampu jalan tampaklah galian di ujung, yang permukaannya menurun, sudah terisi air. Nanti setelah got jadi, dan tersambung ke got kompleks, air akan menuju ke kanal.

Saya tanya Cak Sate dan Uda Jahit di sisi galian, dari mana datangnya air. Jawaban mereka: dari setiap rumah. Air cucian dan air kamar mandi.

Kita malas merawat drainase

Oh, Indonesia! Kita pernah dijajah Belanda tetapi kenapa tak mewarisi kepintaran mereka mengelola air? Memang sih Belanda terpaksa pintar, sebab kalau tidak maka negeri mereka akan ditenggelamkan air laut. Nyatanya, jejak drainase Belanda di Indonesia bagus. Kita tinggal menyontek.

Kita malas merawat drainase

Tinggalkan Balasan