Wow! Takjub saya. Kreatif benar pembuat mainan yang divideokan untuk X ini. Pelakunya juga terampil dalam permainan target. Misalnya pun pemilik tangan yang mempraktikkan demo dan yang mampu membidik sasaran adalah orang berbeda, maka si pembidik pasti titis.
Waktu kecil saya pernah bermain tulup (sumpit) maupun ceplokan sogok seperti pompa, tetapi tak pernah menjadi pemain yang baik — sama buruknya dalam bermain ketapel. Namun saya menikmati proses berburu pring tulup bersama rombongan ke tebing jurang Grogol, Salatiga. Saya, sebagai anak kelas tiga SD, merasa jadi bocah lanang tenan yang bertualang.
Kami pergi tak berbekal uang. Ketika haus dan lapar datang, kami diberi bangkuang oleh pemilik ladang. Saat itu Grogol di pinggir kota, hanya ada jalan tanah, masih banyak kebun dan tegalan, namun seingat saya tak ada sawah. Saya ingat melihat burung srigunting yang cantik.
— TAKTO (@Ne_zaha) August 28, 2024
Ah, masa kanak-kanak. Bagi saya lengkap, saya mengenal permainan kampung, bergaul dengan anak kampung, namun saya masih menikmati permainan modern — dari jigsaw puzzles ratusan keping, trek akrobatik die-cast Matchbox, Lego, merakit mobil-mobilan off-road elektrik mirip kendaraan bulan buatan Philips untuk saya tes di sebidang pojok berpasir, dan… menikmati aneka bacaan di atap garasi maupun di atas pohon gandaria. Itu berlangsung sampai medio 1970-an. Terima kasih, Tuhan.
Lalu, kembali ke hasta karya dasawarsa ketiga abad XI, berupa senjata rakitan, saya ngeri membayangkannya jika menjadi alat perang-perangan. Berbahaya.
Lebih ngeri lagi membayangkan prakarya ini dipakai untuk tawuran pelajar maupun tawuran tarkam, antarkampung. Tawuran tarkam kadang berlangsung malam. Jika ada penembak runduk oh… bisa mencederai bahkan membunuh lawan.
Di tangan orang titis alat ini berbahaya. Namun di tangan pembidik payah lebih berbahaya, bisa melukai siapa pun, termasuk orang yang tak terlibat tawuran. Ini tanggung jawab siapa?
¬ Arsip: anak SD bawa celurit ikut tawuran sahur di kampung , menewaskan seorang lawan
8 Comments
Komentar berikutnya.
Aman
Lho mana komen saya?
Lha ini, ada
Saya coba yang kedua.
Aman
Tes komentar, munculnya nama siapa?
Nama Mas Sandalian