Tetap pakai amplop baru, tapi kini tisu di luar

Kalau sayang membuang amplop, padahal tak tahu kapan akan memakai ulang, rumah kita serupa lapak pemulung.

▒ Lama baca < 1 menit

Amplop untuk mengirimkan tisu galon Aqua

Tisu dalam amplop cokelat baru. Eh, ralat: bukan di dalam tetapi di luar, direkatkan dengan stiker label alamat kirim galon Aqua. Sama seperti yang dulu, tisu tak galon diserahkan dengan tangan telanjang.

Kenapa stiker label dengan kode QR maupun kode batang tidak ditempelkan pada galon? Saya tak tahu jawabannya karena tak melihat alur pemrosesan pesanan dari penerima order di komputer sampai ke gudang dan kemudian kurir.

Yang pasti bagi saya masalahnya sama. Pertama: amplop kraft baru, berapa pun harganya, untuk sekali pakai itu terlalu mewah, boros. Kedua: bagi konsumen, mereka belum tentu tahu dapat menggunakan amplop bekas pakai itu.

Tetapi… perkara mewah dan boros itu bukankah sudah dihitung dalam komponen biaya? Ya, sih. Lagi pula kan bahannya kertas, bukan plastik, sehingga sebagai sampah pasti ramah lingkungan? Ya juga, sih. Jalan pikiran saya saja yang aneh.

Saya sebut aneh karena sejak bocah hingga SMA saya terbiasa melihat amplop bekas untuk bapak saya. Amplop untuk surat internal dari kampus, gereja, maupun yayasan ini itu. Bahannya dari kertas afkiran hasil stensil yang sisi sebaliknya kosong.

Di kantor terakhir, saya sering minta amplop kraft bekas dari sekretaris, terutama ukuran besar, untuk mewadahi maupun mengirimkan ini itu. Bukankah untuk keperluan pribadi pun saya bisa minta amplop baru, tanpa membayar? Ya, sih. Tetapi pikiran kikir saya tidak merugikan orang lain maupun perusahaan, kan?

Lalu tadi, soal kedua, belum tentu konsumen dapat memanfaatkan amplop itu. Konsumen itu salah satunya saya. Akan sesak laci saya kalau harus menyimpan amplop tisu galon itu.

Masalahnya memang akan saya simpan di mana amplop itu. Ini seperti masalah bungkus kado. Ada orang sayang membuangnya, tetapi saya tidak. Lagi pula saya jarang memberi kado. Waktu saya kelas 1—3 SD, kertas kado bekas ada yang saya pakai untuk menyampuli buku tulis. Dulu semua sampul buku tulis itu biru tua atau hijau telur bebek, kalau bukan cap Banteng, Suari, ya Letjes.

Nasib kertas kado

Tinggalkan Balasan