Maksi dengan kerupuk, rendang, peyek udang, bersama sambel ijo

Saya mengenal sambal hijau Minang setelah dewasa. Begitu pula dengan sambal hijau Batak. Kalau Anda?

▒ Lama baca < 1 menit

Takana Juo: Maksi dengan kerupuk, rendang, peyek udang, bersama sambel ijo

Saya sebut dalam judul “bersama sambel ijo”. Saya tak memaksudkan awak warung makan Padang — tapi pemiliknya orang dari Pariaman, Sumbar — ini berlaukkan sambal hijau selain rendang, peyek, dan lainnya.

Si uda ini baru bisa makan setelah warung sepi, selewat pukul setengah dua siang. Biasanya warung ramai pukul sebelas hingga pukul satu. Tujuh dari penyesak warung adalah tukang ojek.

Warung ini sibuk. Terutama dapurnya yang sempit. Memasak tiada henti. Dapur terus bekerja siang untuk menyiapkan hidangan sore. Malam sekitar pukul delapan, bahkan sebelumnya, piring lauk pada etalase kaca sudah bersih.

Lalu sambal hijau dalam gambar itu bagaimana? Sambal itu baru dikeluarkan dari dapur, ditaruh di meja pojok yang menjadi meja makan dan rehat orang warung, sementara sisa sambal hijau dalam panci masih terhidang di meja saji di belakang etalase.

Jadi, si uda ini sama sekali tak menyentuh sambal hijau baru. Bahkan di piringnya tak ada jejak sambal hijau. Namun bungkusan kerupuk yang terguling saat saya memotret itu ujungnya hampir menyentuh permukaan sambal dalam panci.

Saya mengenal sambal hijau berminyak setelah dewasa di warung makan Padang. Ternyata tidak pedas amat. Saya suka. Sambal hijau Batak juga saya kenal setelah saya dewasa, di lapo.

Etalase warung Padang Takana Juo, Jalan Raya Kodau, Pondokmelati, Kobek

Tinggalkan Balasan