Sebelumnya saya hanya tahu bahwa bunga tapak dara berwarna putih. Ketika suatu pagi saya mendapati bunga itu di pinggir kali, saya belum tahu namanya. Akhirnya Google Lens memberikan jawaban.
Barusan saya periksa, dalam ponsel saya ada tapak dara jambon. Itu jepretan Selasa Pon 30 Juli lalu, pukul 07.11, di luar pagar rumah warga. Lantas setelah memastikan nama bunga dengan bantuan layanan AI gratis, saya membatin adakah perempuan bernama Tapak Dara atau Tapakdara? Data di Ditjen Dukcapil Kemendagri bisa menjawab. Data mereka mencatat jumlah WNI bernama Slamet, Sugeng, dan Bambang.
Saya berpengandaian banyak suku bangsa di dunia ini yang menamai anak perempuan dengan nama bunga atau tanaman. Dalam masyarakat kita ada yang bernama Bunga. Adapun Mawar dan Melati sering dipakai media untuk menyamarkan nama perempuan korban kejahatan seksual.
Contoh terakhir ada dalam berita Kompas Juli lalu yang saya comot: gadis bawah umur korban perkosaan pengurus panti asuhan selama dua tahun, ketika melapor ke kantor polisi, malah dicabuli petugas. Nama gadis itu Melati.
Mawar sama dengan Rosa. Melati sama dengan Yasmin. Namun sejauh saya tahu, tanpa meriset konten media selama suatu kurun waktu, nama samaran Rosa dan Yasmin jarang dipakai. Tentu saya tak menganjurkan agar dua nama itu yang dipakai untuk menyamarkan nama korban.
Nama bunga dan tanaman entah kenapa lebih sering dilekatkan pada perempuan. Apakah karena perempuan bercitra perawat kehidupan?
Dua tahun lalu ketika mendapati pohon dan bunga kemuning (orange jasmine, Murraya paniculata) di balik tembok pagar tetangga depan rumah, lalu dengan ponsel saya potreti buah yang saya petik itu, saya membatin nama perempuan Kemuning, dan jadilah judul “Seorang gadis bernama Kemuning“.
Kesan saya, perempuan lebih mungkin tersemati nama tanaman dan bunga. Memang sih, Lembayung bisa berarti warna merah keunguan (serupa kirmizi?) maupun nama tanaman menjalar yakni gendola (Basella rubra).
Sedangkan pria lebih sering dinamai tanaman keras, misalnya Jati (bisa berarti sejati), Sengon, Waringin, dan Ulin. Atau bisa juga nama satwa, misalnya Mahesa (=kerbau) dan Liman (=gajah). Nama Lembu melekat pada sineas Lembu Amiluhur Prijono (1939—2001) dan artis Lembu Wiworo Jati (48). Adapun nama Macan menyatu dengan aktor dan politikus Dede Yusuf Macan Effendi (58).
Tetapi dari nama unsur alam bisa menjadi nama perempuan maupun pria, dalam arti sama makna beda kata. Misalnya Mentari dan Dinakara (perempuan). Juga berarti matahari, pria dinamai Surya, Diwangkara, Baskara, serta Bagaskara.
Wulan, Sasi, dan Luna (dari bahasa Latin, artinya rembulan, begitu pun Diana) lebih sering disematkan pada perempuan. Sedangkan Candra (=bulan) untuk pria, kalau untuk perempuan ada yang menjadi Candrawati. Namun Kartika (=bintang) bisa menjadi nama perempuan maupun pria, dengan catatan untuk pria bisa seperti diucapkan dalam bahasa Jawa: Kartiko. Maka panggilan bankir yang menjadi Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo adalah Tiko.
Kembali ke nama tanaman dan bunga untuk perempuan, ada berapa nama yang Anda ketahui?