Dari arah pintu masuk toko kosmetik, yang langsung terlihat di meja kasir adalah vas berisi permen Chupa Chups menjulang. Ini permen yang awet, dari segi usia jenama (sudah 66 tahun) maupun durasi mengonsumsi si permen bergagang dengan cara menjilat dan mengulum — tanpa mengeremus — sehingga tak lekas habis.
Nah, permen yang menurut asumsi banyak orang biasanya menyasar anak kecil ini ditaruh di atas kotak akrilik berisi alat kontrasepsi. Selain ada beberapa merek dan jenis kondom, ada pula pelincir atau lubrikan untuk pasangan. Karena kondom juga berperisa, seperti kata Fiesta, maka dijual bersama permen?
Saya tidak tahu sudah berapa puluh tahun kondom dijual terbuka di Indonesia. Mungkin hampir tujuh puluh tahun, sejak muncul Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI, 1957). Adapun pembagian gratis kondom mungkin sejak ada program pemerintah, Keluarga Berencana (KB), sepuluh tahun kemudian.
Generasi tua menyebut kondom dalam bahasa Belanda: kapotjes (baca: ka-po-cyes). Ketika kondom makin populer untuk mencegah pembuahan, sekaligus mencegah infeksi menular seksual (IMS), selongsong itu pun sering jadi lelucon orang dewasa.
Maka grup lawak Kwartet Jaya-nya Bing Slamet dkk. pun mengangkat tema KB pada 1971, dengan lelucon yang untuk ukuran sekarang kasar: Ateng yang pendek kecil terlahir karena bapaknya mengira kondomnya kepanjangan lalu dipotong sehingga terjadi pembuahan (menit ke-15.33). Lawak untuk kelab malam (Latin Quarter?) itu direkam dan menjadi kaset hiburan untuk segala umur.
Dalam obrolan di pentas, grup tersebut mengatakan sudah saatnya kondom dibicarakan terbuka. Ehm, jangankan dahulu, kini pun belum semua kalangan menenggang kondom dijual bebas. Minimarket dekat rumah saya, sebelum bangkrut, tak menjual rokok, kondom, dan pengetes kehamilam dengan alasan moral.
Kini kondom ada di setiap minimarket bahkan rombong obat pinggir jalan di kawasan hiburan malam; pernah saya foto. Lalu perihal kondom cap Sutra, pun Fiesta, ada satu hal menarik: mulanya kondom tersebut adalah produk sebuah LSM internasional untuk KB di Indonesia dan kemudian untuk mencegah IMS terutama HIV/AIDS.
Di negeri ini, kondom LSM tersebut diurus oleh DKT Indonesia, bukan Dinas Kesehatan Tentara melainkan abreviasi untuk D.K. (Deep) Tyagi, tokoh penggerak KB dari India. DKT induk menyebut diri sebagai sebuah business-oriented NGO. Maksudnya, LSM yang bekerja dengan standar kerja bisnis.
Selain kondom dan pelumas, dalam kotak bening di meja kasir juga ada beberapa jenis tisu basah. Saya pernah menulis tisu untuk tahan lama bagi pria itu. Tisu yang bisa bikin baal itu dikomentari oleh dua pembaca.
Komentar pertama: tisu pemati rasa tersebut dipakai untuk sabung ayam. Komentar kedua: tisu tersebut dipakai untuk mengurangi rasa sakit saat ditato.
¬ Bukan tulisan berbayar maupun titipan