Betul, papan nama jalan ini di tengah jalan. Tepatnya: di tengah pertigaan. Wujud papan nama ini seperti hasta karya, bukan dari aluminium berlapis stiker reflektif namun tak harus berjenama 3M Scotchlite yang akhirnya menjadi nama barang.
Sebenarnya papan nama jalan pada pertigaan adalah hal lumrah. Biasanya sih tiang papan nama ditancapkan pada tepi jalan. Maka bayangkanlah pertigaan sebagai huruf T. Nah, papan nama jalan berdiri pada bagian tengah kepala huruf T.
Orang yang datang dari arah kaki huruf T akan tahu bahwa belok kanan maupun kiri berarti menyusuri jalan dengan nama seperti yang tertulis.
Karena pada bagian tengah pertigaan ini ada tiang listrik dan telepon, maka papan nama ditaruh di sana. Lalu kenapa papan nama seperti prakarya darurat, padahal papan nama pada mulut jalan lain di kawasan itu terkemas rapi? Warga sana yang tahu jawabannya.
Yang pasti nama jalan selalu perlu, untuk mempermudah pencarian alamat. Beruntung sekarang ada Google Maps yang secara berkala diperbarui melalui pengecekan lapangan, dengan mobil maupun petugas yang berjalan kaki menggendong kamera. Kini jalan di perdesaan pun bernama, tak seperti empat puluh tahun silam dan sebelumnya.
Perihal nama jalan di kompleks ini, seperti halnya beberapa kompleks lain, mulanya tak bernama. Kemudian warga menahbiskan nama. Kini jika Google Maps mengakui, berarti nama jalan sudah resmi. Eh, yakin demikian?
Di kawasan saya ada jalan dengan nama baru, Jalan Ir. Soekarno, tercatat di Google Maps, padahal jalan tersebut tak diapit gerbang rumah. Tak semua warga tahu. Tetapi sebelumnya jalan itu memang tak bernama.