Larangan, ancaman, dan imbauan, sama-sama tak efektif

Jalan dipasangi polisi tidur pun bukan penghambat nan sakti bagi pemotor. Kita memang bangsa religius, berbudaya.

▒ Lama baca < 1 menit

Tidak efektif: imbauan untuk pemotor

Tulisan dengan cat merah pada sobekan karton bergelombang (corrugated carton) itu masih baru. Saya tak tahu dia akan bertahan berapa tahun. Lebih penting lagi, saya tak tahu apakah para pengendara sepeda motor akan bertakzim kepada imbauan itu: mohon pelan yaaa…

Jangankan imbauan; larangan ringkas tegas saja, misalnya “dilarang ngebut”, akan diabaikan. Bahkan yang berupa ancaman pun, misalnya “ngebut benjut”, akan dicuekin.

Baiklah, ketimbang penat membahas sebab dan latar belakang, saya sebut saja dengan gampang, bahwa masalahnya adalah akhlak. Berlalu lintas secara patut dan tepat belum dianggap sebagai bagian dari adab.

Selebihnya silakan menanya para pengibar semboyan selayaknya panji-panji “kita adalah bangsa yang religius dan berbudaya”.

Karton imbauan itu saya jepret kemarin saat berjalan kaki, pukul 17.44 menurut data foto, di sebuah pertigaan. Sekitar dua jam kemudian, di pertigaan lain, sejauh 200 meteran dari karton, saya melihat dua pria cekcok.

Pangkal soal: seorang pemotor tak terima dimaki “guoblok!” oleh pemilik rumah yang sedang memundurkan mobil ke carport. Si pemobil memaki karena kaget, tiba-tiba pemotor nyelonong, memotong gerakan mobil. Kalau pemobil tak mengerem mendadak, si pemotor akan tersodok, bisa masuk got.

Mulanya dalam cekcok si pemotor berkukuh soal makian, namun akhirnya mengakui cara dia memotong manuver mobil itu salah, dengan pembenar yang dia kalimatkan kira-kira sudah biasa pemotor begitu. Maka katanya, “Jadi jangan bilang goblok, dong!”

Pernah saya tulis, sebagian pemotor itu semaunya, ogah berhenti menunggu giliran, karena enggan menurunkan kaki untuk mencagak. Padahal motor lebih nyaman ketimbang sepeda saat stop-and-go karena tak perlu menggenjot, tinggal memutar handel gas.

Semudah itu pun mereka malas menurunkan kaki. Kini dengan makin bertambahnya sepeda motor listrik, yang tak bersuara, kehadiran mereka bisa bikin kagok pemobil karena tahu-tahu muncul untuk menghalangi gerakan mobil. Rekaman CCTV maupun dashcam belum tentu menjadi solusi.

Bagi kaum malas turunkan kaki itu mungkin trike, atau sepeda motor beroda tiga, lebih cocok. Tak harus Tri Glide Ultra dari Harley-Davidson sih.

Eh, tetapi benarkah sebagian pemotor enggan menurunkan kaki? Mungkin itu fitnah. Saya pernah, saat memundurkan mobil, ada seorang emak naik motor yang halus suaranya, nyelonong terus. Dia hampir tersenggol pantat mobil padahal dia mepet got.

Ternyata si emak senang bergaya The Flintstones: menurunkan kaki saat motor masih berjalan untuk mengerem. Atau mungkin dia meniru cucu tetangga naik push bike: tarik rem sambil menapakkan kaki.

Tinggalkan Balasan