Bagi saya, bisa membungkuk lalu jika perlu berjongkok, untuk memotret tanaman di pinggir jalan adalah suatu kemajuan. Artinya, saat membungkuk dan berjongkok, dalam jalan pagi jarak dekat untuk pemulihan saraf di kepala, saya tidak terjungkal ke depan, dan saat berdiri menjaga pendulum badan saya tidak terjengkang ke belakang.
Memang sih hal sepele itu harus saya lakukan dengan berhati-hati. Dalam kondisi normal, membungkuk dan berjongkok itu tinggal saya lakukan setiap kali ingin.
Maka kini saya dapat mengulangi keisengan: memotret tanaman, kalau tidak saya ketahui namanya saya akan menanya layanan identifikasi botanis berbasis kecerdasan artifisial.
Apakah jawaban secara daring melalui ponsel itu cerdas dan cermat, saya tidak tahu. Seperti manusia, karena AI buatan manusia, kadang dia bisa salah memastikan nama tumbuhan dan tanaman karena secara visual kurang jelas. Maka kadang dari satu temuan saya akan melakukan pencarian rujuk silang.
Hatta untuk sementara tumbuhan yang saya foto, menurut AI, adalah bugenvil mikro singapura (foto berlatar daun hijau) dan puring (berlatar pintu pagar putih). Untuk bugenvil tadi, saya memotretnya karena terkesan oleh daunnya, berbeda dari yang sering saya jumpai.
Adapun puring, selama ini saya hanya tahu namanya — saya tahu ada Taman Puring di Jaksel — namun tak tahu wujudnya. Ya, seperti terhadap tanaman kemuning (orange jasmine, Murraya paniculata) milik tetangga seberang rumah yang ternyata masih bersaudara dengan daun kari (Murraya koenigii syn. Chalcas koenigi) milik keponakan saya, yang rumahnya 60 meter dari rumah saya.
Lalu apa yang saya dapatkan dari membungkuk dan berjongkok memotret tanaman hias di depan pagar rumah orang maupun tumbuhan liar di tepi sungai misalnya tapak dara tapak dara (Catharanthus roseus)?
Hasilnya adalah gambar dalam blog ini. Selebihnya ternyata saya lupa, tak hanya nama Latin setiap spesies karena nama keseharian si vegetasi pun saya gagal mengingat, sementara ingatan fotografis saya pun tak banyak menyokong.
Bahkan dari foto terbaru ini, yang saya bidik kemarin di dua tempat berbeda, yakni bugenvil dan puring, saya lupa di mana persisnya lokasi pemotretan. Pintu pagar putih latar puring itu tak saya ingat di mana, padahal dalam kompleks saya.
Tetapi untuk beberapa jepretan tumbuhan dalam blog ini saya masih ingat itu di mana. Terhadap ingatan yang mulai memudar ihwal tanaman dan lokasi itu saya kini legawa. Daya ingat orang terbatas. Kapasitas memori dan RAM tak bertambah. Menemukan ingatan dalam media simpan eksternal, termasuk dalam cloud, malah merepotkan.
Padahal alasan saya ngeblog adalah mengerem laju kepikunan karena banyak teman sebaya, bahkan yang lebih muda, yang laju kemunduran ingatannya menyalip saya.
Yah, saya legawa.