Setahu saya ada tiga jenis ubi jalar berdasarkan warna: ungu, jingga, dan putih agak hijau keabuan. Manakah yang lebih enak? Saya tak tahu.
Saya hanya tahu bahwa semuanya ada yang enak dan tidak. Jenis yang bolèng, atau berluka, kadang punya bagian yang pahit. Soal gizi dan khasiat, ada yang bilang yang ungu lebih unggul. Alodokter menulis ada tujuh manfaat ubi ungu, antara lain menjaga gula darah tetap normal.
Ubi dan singkong saya mau, digoreng maupun direbus, namun tak sampai ketagihan. Memang sih terkadang saya sangat menginginkan ubi maupun singkong. Terutama untuk ganjal pagi. Sore hujan kadang saya menginginkan singkong goreng.
Kawan saya dulu setiap hari membawa ubi rebus, eh kukus, ke kantor. Tatkala saya minta sedikit tidak boleh karena sudah ditakar sesuai anjuran ahli gizi untuk diet diabetesi.
Tak ada yang istimewa dari cerita saya soal ubi dan singkong. Anda mungkin punya cerita serupa. Tetapi apakah anak Anda, atau cucu Anda jika sudah ada, juga doyan bahkan suka ubi dan singkong?
Dengan sampel acak terbatas, dan sangat tidak reprentatif, saya beroleh kesan sebagian generasi Z tak suka, atau setidaknya kurang suka, kedua jenis umbi-umbian tersebut. Ketika ubi atau singkong tersaji, mereka hanya mengambil satu potongan terkecil. Namun generasi seniornya, kaum awal milenial, banyak yang doyan singkong goreng keju di kedai kopi.
Bisa jadi ini soal selera dan kebiasaan. Generasi saya sejak kecil akrab dengan ubi dan singkong karena pilihan, dan kas dapur, terbatas. Meski saya doyan ubi dan singkong nyatanya saya tak suka kimpul (Xanthosoma sagittifolium). Terlalu lengket dan kurang manis. Seingat saya ganyong (Canna discolor, Queensland arrowroot) lebih manis tetapi saya hanya merasakannya saat masih di SD.
Ihwal ubi rebus maupun kukus saya pernah membelinya dari penjual keliling bergerobak di kawasan bisnis Mega Kuningan, Jaksel, pada 2008. Sajian utama gerobak itu sebenarnya wedang jahe dan kacang tanah rebus. Pembelinya adalah satpam dan petugas kebersihan gedung. Di Gandaria, Kebayoran Baru, Jaksel, pada 2010 saya juga membeli ubi dari gerobak keliling.
Entahlah apakah pada 2045 penjaja ubi dan kedelai hijau tua ikat, semacam edamame Jawa, masih ada apalagi di IKN.