Bagaimana perasaan Anda saat mendapati suvenir pernikahan dari mempelai yang kemudian ternyata bercerai?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Suvenir pernikahan Adhi dan Gita, 21 Desember 2021

Zaman sekarang tentu lebih enak bagi pasangan yang akan menikah untuk menetapkan suvenir bagi tetamu. Banyak opsi tersedia. Lokapasar menyediakan beraneka produk. Para orangtua dari kaum milenial dan generasi Z dahulu kerepotan karena informasi penyedia suvenir terbatas.

Mereka, generasi tua, juga mengalami kerepotan menangani kado karena dahulu hadiah dari tetamu berupa barang. Yang membawa kado repot. Yang menerima juga, di tempat resepsi harus ada petugas khusus dan tempat penampung.

Baiklah, itu cerita masa lampau. Ketika tadi mengamati penggantung kunci, sebagai cedera mata dari sepasang mempelai saat pandemi, saya membatin tiga hal.

Pertama: sejak kapankah kenang-kenangan pernikahan itu lumrah? Mungkin tahun 1980-an. Memang sih saya pernah melihat sendok teh perak milik ibu saya, bergraver nama mempelai, dari sebuah pernikahan pada awal 1970-an.

Kedua: apakah setiap mempelai mengetahui nasib suvenir yang mereka berikan kepada tetamu kondangan? Tentu beda tamu beda cara memperlakukan cedera mata yang mereka terima.

Saya masih memakai kotak Tupperware dari mempelai sepuluh tahun silam. Sang mempelai kini hidup di Eropa. Saya juga masih memfungsikan suvenir mangkuk kecil wadah sambal maupun cabai rawit ceplusan.

Ketiga: sejauh saya ingat, dari suvenir awet yang fungsional — maksud saya yang masih selamat — tidak ada dari mempelai yang kemudian saya ketahui bercerai. Mungkin Anda pernah mengalami?

Suvenir pernikahan: Tupperware, mangkuk, rokok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *