Walah, ujung tali kolor masuk ke dalam selongsong. Saya membatin bakal repot karena satu ujung sudah tertarik sangat dalam, hingga ke posisi tiga perempat lingkar pinggang, mungkin terhela putaran mesin cuci karena simpul pada ujung tali terurai. Ujung tali kolor lainnya menjuntai keluar sangat panjang.
Itulah yang saya alami tadi pagi saat mengambil celana kolor dari lemari. Saya jarang mengalami ujung kolor tertarik sangat jauh ke dalam. Selama ini cuma sepuluh senti, bisa saya pijit, urut, dorong ujungnya, lalu masalah selesai.
Untuk kasus ini istri saya turun tangan. Dia minta peniti. Lalu seluruh tali dia tarik keluar. Kemudian satu ujung dia sangkutkam peniti, dimasukkan ke selongsong, didorong, dan seterusnya. Ketika ujung peniti muncul dari selongsong tinggal ditarik. Beres.
“Gini lho, Lé,” katanya sambil membuat simpul bundel pada ujung tali kolor.
Saya pernah mendengar solusi tarik keluar tali lalu memanfaatkan peniti. Tetapi saya belum pernah mempraktikannya. Tadi saya hampir mencari contoh di YouTube.
Sambil mengembalikan peniti ke laci saya membatin apa yang akan dilakukan keluarga crazy rich saat menghadapi tali kolor mendlep? Mungkin bukan menyuruh pembantu mengatasi melainkan membuang celana kolor itu.
Dalam urusan kolor, bahasa Jawa mengenal kata kiasan ngolor. Artinya mencari muka atau menjilat. Prabowo Subianto pernah menyebutkan kata itu saat memuji Jokowi, “Saya tidak malu-malu, saya tidak menjilat, saya tidak ngolor, saya tidak. Saya diajarkan oleh ustaz-ustaz saya, guru-guru saya, katakanlah yang benar itu benar, yang salah, salah.” (¬ Liputan6)
3 Comments
crazy rich ngga punya celana bertali kolor, paman 🤣
Ngolor = mengulur waktu?
Bisa berarti begitu, tapi dalam bahasa Jawa lebih sering berarti mencari muka