Di bawah berita wafatnya Bapak Ilmu Komunikasi Indonesia, Prof. Dr. M. Alwi Dahlan (1933—2024), di koran Kompas hari ini (21/3/2024), ada foto berita layanan gratis menghapus tato. Layanan merayakan Ramadan tersebut diselenggarakan oleh Baznas (Bazis) DKI Jakarta. Kemudian saya menduga di laman web maupun aplikasi Kompas.id pasti ada galeri foto tentang itu. Ternyata benar.
Antropolog dapat menjelaskan fungsi tato dalam suatu masyarakat, termasuk dalam masyarakat tribal maupun masyarakat urban modern. Ilmuwan komunikasi dapat memaparkan fungsi pesan tato sebagai pernyataan personal. Saya pernah tahu ada bapak dan anak lelakinya sama tatonya dan mereka bangga.
Pada tingkat individual masyarakat modern, tato menyangkut selera personal. Ada yang rajahnya bagus di mata orang lain dan ada yang tidak. Pembedaan kerja masyarakat modern akhirnya mengakui profesi seniman tato. Studio tato dengan standar kesehatan dermatologis hadir di mana-mana.
Lalu apakah Anda punya tato permanen? Sejak usia berapa? Beda orang beda jawaban. Saya sih tidak punya karena sadar kulit saya gelap, sensitif sehingga dulu sering ke dokter kulit (terakhir via Halodoc), takut sakit, dan saya pembosan. Bagi saya tato hanya bagus di atas kulit terang.
Rajah tubuh amat beragam kemasan visualnya. Ada yang berupa nama wanita pujaan, mungkin tersebab cinta berat, namun saya tak tahu nasib si tato setelah pria pemiliknya bosan atau hambar rasa terhadap si wanita. Hal serupa berlaku untuk tato bergambar wanita yang menjadi kekasih.