Buah mangga ranum itu merekah hampir pecah padahal masih tergantung pada tangkainya di pohon rendah. Mudah sekali saya memotretnya. Misalnya mangga itu sudah matang, gampang nian saya memetiknya. Tetapi siapa memedulikan mangga di sana?
Pohon mangga itu, entah mangga apa, berada di jalan buntu yang salah satu sisinya berisi tiga rumah, sedangkan sisi seberangnya berupa tembok tinggi memanjang sebagai pagar samping sebuah rumah besar.
Nah, pohon mangga tersebut adalah bagian dari taman di luar pagar setinggi dua setengah meter itu — namun menjadi setinggi tiga meter jika ketinggian diukur dari level jalan aspal. Saya memotretnya sebelum pemilu.
Rumah besar itu memanjang. Berada di lingkungan hijau nan senyap. Kalau malam gelap karena lampu jalan di sana tertutup dedaunan. Itu kompleks orang makmur di Jakarta.
Di sana tinggal diplomat, pejabat tinggi aktif maupun bekas, juragan perusahaan, dan bohir partai. Saya menduga setiap rumah punya kolam renang namun belum saya buktikan dari Google Maps.
Salah satu rumah adalah tempat mangkal sirkel tim sukses capres. Sinyal ponsel di sana lemah, kata para beberapa penjaga rumah sekitar, ada rumah besar yang memperlemah sinyal. Saya mengalami sulit menelepon padahal di luar ruang, tetapi musabab teknisnya saya tak tahu.
Lebih menarik soal mangga. Siapa yang memetik setelah buahnya matang? Tak ada yang tahu. Mungkin tukang kebun dan penyapu jalan. Dua orang penjaga rumah tetangga yang saya tanyai juga tak tahu, dan mereka tampaknya heran terhadap keingintahuan saya.
Misalnya mangga dan buah lain tak dipetik manusia, melainkan dimakan binatang, dari burung sampai codot, bagi saya juga baik. Tanaman membawa manfaat bagi lingkungan.
Hal lain yang menarik dari sisi luar tembok tinggi panjang itu adalah tanaman hias di dekat pintu masuk untuk orang yang tangganya berlampu. Tampak di sana anggrek. Namun lagi-lagi kata penunggu rumah sekitar, jarang terlihat orang masuk keluar pintu itu.
Seorang kawan menyebut lingkungan di sana sebagai tempat borjuasi nasional. Bagi saya tak soal. Orang yang merasa dirinya sosialis juga boleh kaya.
2 Comments
Ada rumah besar memperlemah sinyal ponsel? Weh!
Kata orang sana sih. Tapi tuan rumah dan tamu gimana? Kok kayak di Lapas Nusakambangan.