Sudah 30 tahunan Sudirman Central Business District (SCBD) Jakarta beroperasi. Secara umum kawasan 45 hektare itu menjadi kota kecil dengan taman, di dalam area ada trotoar dan peneduh. Namun bagi saya ada satu hal yang mengganggu: trotoar sempat.
Trotoar sempit itu berada di jalan sebelah Mapolda Metro Jaya. Lebar efektif trotoar itu dulu tak sampai semeter karena terpotong kanstin. Belum lagi ditambah tegakan tiang lampu di tengah trotoar.
Tanpa berpapasan pun pejalan kaki merasa berada di di ruang sempit. Meskipun sama-sama langsing, pedestrian harus memiringkan badan saat berserobok. Apalagi jika mereka dari arah berlawanan itu berbeda kelamin.
Kini dengan tambahan taman vertikal pada dinding, trotoar kian ciut. Padahal mestinya sejak dahulu trotoar menuju ke halte depan Polda, Jalan Gatot Subroto, itu nyaman dan aman untuk pejalan kaki. Siapa yang salah, pengembang ataukah regulator?
Lalu? Judul pos ini salah. Ada kata “masih bertahan”. Hal itu dapat memancing tanggapan, “Ya sudah, dihilangkan saja sekalian. Bakalan nggak ada trotoar sempit, kan?”