Berjalan kaki di kota karena niat ingin melihat-lihat itu nikmat. Melelahkan? Pasti. Itu perlu supaya kelak setelah jompo puas sudah berjalan kaki.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Tenda sebagai halte darurat Transjakarta

Ada satu akibat jika orang jarang bepergian: tak tahu perkembangan di luar rumah. Kemarin saya naik ke jembatan penyeberangan di depan Polda Metro Jaya, di Bundaran Semanggi, Jakpus, yang panjang itu, akan menuju dua halte Transjakarta yang akan saya pilih kemudian sesuai kata hati. Ternyata sesampainya saya di atas, terlihat halte sedang dibongkar.

Tak apa. Niat saya memang memanjakan hati dan menuruti ayunan kaki. Maka saya berkeliling di area itu. Termasuk mancari makan siang di kantin Universitas Atma Jaya karena saya yakin meskipun bulan puasa pasti ada warung yang buka. Saya sempatkan pula menyinggahi Plaza Semanggi yang seperti mal mati.

Tenda sebagai halte darurat Transjakarta

Puas melihat ini dan itu, saya mencari halte pengganti. Saya temukan. Di depan Hotel Crowne Plaza Holiday Inn yang telah berubah nama menjadi Artotel Mangkuluhur Suites. Halte tenda tersebut serupa yang di seberang jalan, di trotoar depan Polda namun sebelumnya saya abaikan karena saya sangka untuk angkutan lain.

Penumpang harus menempelkan kartu pada alat membaca, sama seperti di halte normal. Saya melakukannya namun ternyata bus TJ yang saya butuhkan tidak berhenti di situ. Petugas bilang, “Sana Pak, depan Widya Candra.”

Maka saya pun berjalan kaki sejauh 750 meter ke halte termaksud, lalu setibanya di dekat titik tujuan harus mendaki JPO. Lumayan untuk uji kebugaran. Untung saya mengenakan walking shoes dengan sol nyaman.

Memang sih baju menjadi basah kuyup. Tak soal karena niat saya memang mengayunkan langkah. Namun ada dua hal yang mengusik benak. Pertama: kasihan lansia yang tidak kebagian kursi di halte darurat. Kedua: selama saya berjalan kaki menyusuri trotoar tak pernah berserobok dengan orang lain maupun dilampaui orang dari belakang.

Di Jakarta ada saja ruas tanpa pejalan kaki pada suatu rentang waktu. Misalnya di trotoar depan pagar proyek pelarang kaligrafi itu.

Tenda sebagai halte darurat Transjakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *