Lihatlah foto di atas. Penempatan sepiker, berupa subwoofer dan lainnya, juga power amplifier, dalam angkot KR Kampung Rambutan – Kranggan itu tampak mengarah rapi, tak merepotkan penumpang.
Bandingkanlah dengan umumnya mobil angkot jenis minibus yang sesukanya manaruh boks subwoofer di belakang sehingga menyita ruang. Malah ada yang menjejalkannya ke ruang pengemudi, di depan kok penumpang kokpit.
Tetapi nanti dulu. Instalasi itu tampak rapi karena ada dek vertikal rata sehingga memberi kesan tiada tonjolan besar menjorok ke ruang kaki penumpang yang duduk berhadapan. Padahal ruang audio itu menyita lebih dari kedalaman 20 sentimeter. Ukuran segitu sangat berarti dalam kabin Suzuki Carry.
Lalu apa masalahnya? Pemilik angkot dan sopirnya butuh audio nan bertenaga supaya orang di luar mobil sepanjang jalan bisa mendengar. Padahal ruang mobilnya tak memadai untuk itu. Namun mobil itu dipaksa menjadi diskotek berjalan.
Sejauh saya tahu, di bawah jok depan angkot tak mungkin dipasangi subwoofer kolong yang gepeng karena akan merepotkan saat membuka ruang mesin. Penempatan power amp dan lainnya yang tipis juga hanya menyisakan ruang di plafon.
Adakah cara agar kualitas audio dalam minibus menjadi layak dengar?
Bongkarlah semua jok penumpang, dan gantilah jok depan dengan yang empuk. Pasanglah peredam suara pada plafon, pintu, lantai, dan dinding. Jangan lupa pasang AC. Gunakanlah sepiker dan perangkat pendukung yang layak termasuk aki. Intinya, nilai akustik interior mobil harus nyaman di telinga. Jadi misalnya memasang stiker besar Rockford Fosgate kesukaan angkot — hanya stikernya — di kaca belakang maka ada buktinya. Belum tentu layak ikut kontes SQ, SQL, dan SPL sih.
Lalu penumpangnya ditaruh di mana? Kalau niatnya punya mobil untuk angkot tak usah aèng-aèng.
Angkot kecil sudah sekian dasawarsa hadir dalam masyarakat, tetapi saya belum mencari tahu adakah aturan berisi baku mutu kenyamanan penumpang. Para pembuat kebijakan tak pernah naik angkot kecuali saat bersekolah dan awal bekerja, sehingga mungkin saja berpikir, “Halah, bayar murah kok mau nyaman.”
3 Comments
Karena itu ditaruh di belakang, setiap kali disetel akan nyala terus musik/lagunya tanpa henti?
Tak ada hubungannya. Terserah si sopir. Sekarang head unit rakitan makin murah, tinggal colok SD card atau manfaatkan Bluetooth, terhubung ke ponsel.
Whoke.