Eh, apa? Nikah? Emang penting?

Mau terus melajang, atau setidaknya menunda menikah, ya suka-suka. Orang yang kawin belum tentu lebih bahagia.

▒ Lama baca < 1 menit

Tren kaum muda menunda perkawinan

Ketidaknyamanan klasik bagi kaum jomlo, terutama cewek, adalah saat bersilaturahmi dengan keluarga besar pada hari raya. Ada saja pertanyaan dibungkus canda, “Kapan, nih?”

Kapan itu ya kapan menikah. Seolah-olah setiap orang dewasa harus menikah dan menjalani hidup dalam perkawinan karena orang kawin lebih berbahagia daripada orang lajang.

Padahal makin ke sini makin terlihat, orang cenderung menunda perkawinan karena sejumlah alasan. Misalnya keleluasaan dalam pengembangan diri hingga pemanfaatan waktu pribadi.

Tren kaum muda menunda perkawinan

Bahkan pasangan yang menikah pun ada yang bersepakat untuk childfree, tanpa anak. Lihat arsip Kompas “Menua Bersama Berdua Saja” dan “Kartini, Angka Kematian Ibu, dan Childfree”.

Laporan Kompas.id hari ini (6/3/2024) menarik: makin banyak orang menunda pernikahan. Merujuk data BPS, Kompas menulis, “… angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan sejak tahun 2018 sampai 2023. Tahun 2018, angka pernikahan tercatat 2,01 juta pasangan dan turun menjadi 1,96 juta pasangan pada 2019.”

Kemudian, “… angka pernikahan kembali turun pada 2020, yakni 1,78 juta pasangan, disusul tahun 2021 dengan 1,74 juta perkawinan, dan 2022 yang mencapai 1,70 juta pasangan. Angka perkawinan di Indonesia kembali turun hingga menjadi 1,58 juta pasangan pada 2023 atau mengalami penurunan sekitar 128.000 pasangan dibandingkan tahun sebelumnya.”

Kecenderungan ini tak hanya di Indonesia. Maka ada saja berita negeri anu dan itu bakal kekurangan bayi. Misalnya Jepang, Korsel, dan Singapura.

Maka kembali ke pertanyaan pada hari raya, kejomloan seseorang itu masalah bagi yang bersangkutan ataukah orang lain, termasuk mereka yang di luar keluarga?

Tren kaum muda menunda perkawinan

¬ Infografik: Kompas.id

Tinggalkan Balasan