Don’t worry if you stay hungry cause gacoan is ready. Lucu juga teks kemasan Mie Gacoan. Lantas apakah generasi Z paham gacoan? Saya tak melakukan survei, cuma menanya acak lima anak.
Saya menduga kata gacoan itu jadul. Saya mengenal kata itu sejak SD dari tuturan tertulis dalam majalah serta komik. Karya berlatar Jakarta seperti dari Firman Muntaco seingat saya memuat kata itu. Kalau dalam komik Sopoiku, juga Djair, saya lupa apakah ada kata gacoan.
Kenapa saya tahunya dari teks karena saya anak Jawa yang tinggal di Salatiga, Jateng, hidup dalam bahasa ibu. Penyiar radio lokal pun berbahasa Indonesia dalam dialek Jawa, bercampur kata-kata njawani.
Lima anak Gen-X yang menyukai Mie Gacoan, produk jaringan waralaba kedai bakmi pedas dari PT Pesta Pora Lestari, ternyata tak paham arti gacoan. Malah salah satu anak mengira gacoan itu hot and spicy. Seorang cewek milenial, tentu lebih tua, juga tak tahu. Baiklah, sampel saya tak representatif.
Wikipedia Indonesia menyebut arti gacoan dari jenama Mie Gacoan dari bahasa Jawa. Artinya jagoan atau andalan. Rujukannya adalah sebuah skripsi mahasiswi Universitas Islam Majapahit, Mojokerto, Jatim. Info itu serupa yang tersebutkan dalam laman Mie Gacoan.
Dalam bahasa Betawi, menurut Ridwan Saidi dalam Glosari Betawi (Betawi Ngeriung, 2007), arti gacoan selain mascot adalah adalah kekasih. Arti kedua itulah yang saya pahami sejak bocah dari tuturan tertulis.
Adapun Sukanta dalam Kamus Sehari-hari Bahasa Betawi (Grasindo, 2010), arti gacoan adalah pacar, teman berkencan, berasal dari kata dasar “gaco”. KBBI pun mengartikan gacoan selain sebagai taruhan juga pacar, kekasih.
Bahasa Jawa tak mengenal gacoan. Kalau gaco atau gacuk ada (Bausastra Jawa, W.J.S. Poerwadarminta; J. B. Wolters, 1939¹). Artinya alat untuk mencapai tujuan dalam permainan. Ya, alat andalan dari sebuah kumpulan, bisa berupa kelereng maupun gambar umbul.
Adapun bahasa Sunda, menurut Kamus Sunda-Indonesia (R. Satjadibrata; Kiblat Buku Utama, 2011²), mengenal gaco sebagai gacon. Dalam bahasa Jawa juga ada gacon, artinya sesuatu yang dibutuhkan, misalnya uang, atau alat bantu.
Jadi gimana dong? Bahasa yang hidup itu selalu berkembang, misalnya dalam hal pemaknaan kata. Kita tahu akronim lawas gabut (= gaji buta) akhirnya berkembang di luar dunia pekerja, namun masih dekat artinya: do nothing, termasuk di kalangan anak sekolah dan pergaulan.
¹) Versi aplikasi Android, Bausastra, sudah diskontinu, tak ada nama pembuat dalam aplikasi, namun dapat dibandingkan dengan laman web Bausastra Jawa, Yayasan Sastra Lestari
²) Edisi ketiga, dua edisi sebelumnya oleh Balai Pustaka (1944, 1950)
5 Comments
saya mengenal istilah gacuk itu, paman. dulu kalo main engklek, gacuk biasanya trrbuat dari batu pipih atau pecahan genteng tanah liat, yang dilempar ke kotak sebelum engklek.
baru tau kalo gacuk itu artinya jagoan. lebih tepatnya mungkin “avatar”..
Ya semacam avatar atau apalah. Main kelereng dan umbul juga kenal gacuk, gak ikut dipertaruhkan
Gaco, di lingkungan saya, orang-orang Jawa, biasa dijadikan satu dengan ngawur (gaco ngawur), atau berdiri sendiri yang artinya ngawur juga. Contoh : Halah, omongane Paman kae gaco wae! Yen nulis gaco!
Paman itu gacor tapi gaco. Ceriwis tapi ngaco. Gitu? 😁
Gitu juga boleh.😁