Seni hitung suara dari titik coblosan di TPS

Tak selamanya mudah untuk menemukan lubang tusukan pada kertas suara. Ada kiat supaya lebih cepat.

▒ Lama baca 2 menit

Penghitungan suara dari coblosan kertas suara di TPS

Menghitung suara dari jejak tusukan pada kertas suara di TPS itu tak selamanya mudah, terutama untuk kertas DPD, DPR RI, DPRD provinsi, dan DPRD kota/kabupaten. Di sana terdapat banyak gambar dan tulisan.

Untuk mengurangi kepusingan, saya menuruti saran seorang anggota KPPS, anak muda, “Oom, kertasnya dibalik aja.”

Maka arah hadap kertas suara saya balik, dari sisi bergambar ke sisi putih polos, kemudian kertas saya terawangkan ke arah datangnya cahaya. Hal itu saya lakukan siang menjelang sore maupun pada dini hari.

Jejak tusukan jarum besar untuk mencoblos lebih terlihat pada kertas putih daripada sisi kertas berisi gambar dan teks. Kenapa?

Pada kertas bergambar, tak semua lubang berada dalam bagian yang putih. Ada yang mencoblos pada logo partai, wajah caleg, teks, garis, dan bidang. Padahal kedalaman dan lebar coblosan tak sama; banyak yang tipis, bahkan ada yang hanya lebih besar daripada peniti.

Saya merentangkan kertas bersisi polos itu dengan posisi berdiri serong membelakangi para saksi. Setelah lubangnya ketemu, kertas saya putar balik sehingga menampakkan sisi bergambar. Ya, untuk mencocokkan.

Ada kalanya saya sulit menemukan coblosan pada sisi polos kertas. Itu karena arah datangnya cahaya ke luka kertas akibat coblosan, dari sudut pandang mata saya, kurang kentara. Maka saya meminta para saksi ikut memeriksa dan jika perlu melibatkan pengawas. Ada yang memang polos tak tercoblos, ada pula yang ternyata berlubang.

Kadang saksi lebih dahulu melihat lubang kecil karena posisi duduk mereka memungkinkan lebih lekas mendapati jejak lubang yang disinari dari samping. Ini serupa prinsip fotografi: cahaya dari samping akan memperjelas tekstur.

Ketika penghitungan coblosan dilakukan dengan lampu, karena matahari sudah pulang, saya menggerakkan jari pada lubang agar petugas penyebut nama partai dan caleg, yang menghadapi sisi bergambar, dapat segera memeriksanya. Dia berdiri di depan saya, tersekat oleh kertas suara yang saya pegang. Dia melihat bayangan jari telunjuk saya menari.

Ya benar, ini seperti prinsip menonton wayang kulit sebelum era YouTube: penonton melihat bayangan pada kelir (layar), di seberang dalang. Mereka tak melihat punggung dalang. Maka bahasa Inggris menyebut wayang kulit itu shadow puppet.

Penghitungan suara dari coblosan kertas suara di TPS

Alhasil pekerjaan lebih mudah, alhamdulillah tak ada sengketa dengan saksi.

Untuk memeriksa kertas suara itu melibatkan setidaknya empat orang. Yakni pembuka lipatan, yang harus berhati-hati agar kertas tak robek; pemeriksa lubang yaitu saya; pembaca yang mengumumkan nama partai dan caleg; dan pelipat kertas yang juga membundeli kertas dengan mengareti setiap sepuluh lembar.

Oh ya, tambah satu: orang yang menangani kertas suara tidak sah.

Moral cerita? Siapa pun yang kelak jadi caleg dan capres serta cawapres, pun calon kepala daerah, harus mengalami bertugas di TPS dengan metode coblosan, disertai sejumlah kendala teknis, dan juga insiden, agar tahu bahwa pemilu yang baik dan benar itu bukan urusan main-main semata demi angka elektoral menuju kursi jabatan.

¬ Foto: simulasi penghitungan suara sebelum Pemilu 2024, oleh Antara Foto; TPS di Solo oleh Republika

Catatan soal pemilu di luar urusan siapa menang siapa kalah

4 Comments

The Sandalian Jumat 23 Februari 2024 ~ 08.49 Reply

Di TPS kemarin penghitungannya selesai jam berapa, Paman?

Pemilik Blog Jumat 23 Februari 2024 ~ 10.38 Reply

Selesai tabulasi semua saat subuh.
Yang jadi masalah formulir akhir, yang tak masuk kotak suara, ternyata salah, itu dari dapil lain. Kami mengoyak petugas pemilu tak ada yang teleponnya hidup. TPS lain juga menyalami.

Saya mau balik ke rumah untuk mandi dan berbaring gak jadi krn takut kalo sdh tdr sulit dibangunkan untuk tanda tangan setelah kertas baru tiba, setelah kerja 24 jam lebih.
Akhirnya saya rebahan sebentar di teras Pak Ustaz. Sebenarnya ada yang lbh nyaman di lantai atas, tempat pengajian, para saksi juga rehat di sana, tapi saya takut sulit dibangunkan.

Akhirnya urusan selesai setelah matahari bersinar. Untung istri saya kirim wedang jahe sereh, bikin segar.

Zam Selasa 20 Februari 2024 ~ 02.46 Reply

wah, baru tahu paman sempat jadi kaum terhormat (menurut netijen).. anggota KPPS!

Pemilik Blog Selasa 20 Februari 2024 ~ 08.24 Reply

Biasa aja, nggak terhormat, nggak ternistakan sepanjang kerja bener 😁

Tinggalkan Balasan