Punggung kaus itu menampakkan tulisan besar. Republik ini milik saudagar, preman, dan aparat. Tanda koma dari saya supaya enak dibaca sebagai kalimat.
Ada yang menarik bagi saya: istilah saudagar. Menurut kesan saya, kata ini jarang dipakai dalam keseharian. Dalam berita pun jarang. Orang lebih suka menyebut pedagang, dalam arti pedagang besar, dan konglomerat.
Salah satu orang yang memopulerkan istilah konglomerat dan konglomerasi pada 1980-an seingat saya Kwik Kian Gie.
Adapun sebutan saudagar, atau sudagar, punya jejak toponimis di sejumlah kota sebagai nama kampung. Kalau kampung konglomerat? Ah, mana ada yang tinggal di perkampungan.
Kembali ke punggung kaus, dalam kalimat masa kini mungkin republik ini milik oligarki kapital birokrasi. Atau, republik ini milik oligarki pangusaha dan partai. Lah, politik atas nama rakyat kan butuh ongkos. Termasuk pemilu, di dalamnya ada pilpres dan pilkada.
2 Comments
Milik bapak itu bersama sejumlah anak dan menantunya. Tapi yang preman yamg mana, ya?
Temannya 🤣