Saya temukan kartu makan Eat and Eat di laci. Ini kartun kedua, keluaran 2014, menggantikan kartu yang lama keluaran tiga tahun sebelumnya.
Dulu lumrah jika pujasera menerapkan kupon atau voucer untuk bertransaksi. Kalau kupon tak habis, pengudap menguangkannya untuk pengembalian dana — istilah yang lebih populer: refund — di loket sebelah tempat pembelian kupon. Misalnya dulu di Mal Taman Anggrek, Jakbar.
Adapun penerapan kartu misalnya di Eat and Eat Gandaria City, Jaksel, dan mal kain. Bedanya, dengan kartu ada saldo. Pengusaha, dalam hal ini pengelola pujasera, ketitipan duit konsumen. Artinya, pengusaha menghimpun dana masyarakat.
Saya tak tahu pujasera mana saja yang kini masih menerapkan voucer dan terlebih kartu. Untuk tempat kerja, pada 2015 saya mengalami pembagian kupon makan siang di pujasera lantai bawah tanah gedung.
Kuponnya berupa selembar kertas kuarto untuk sebulan dengan jumlah kupon sesuai hari kerja bulan itu — Sabtu, Minggu, dan hari libur tanpa kupon. Kalau tak salah nilai per kupon Rp20.000.
Kupon tersebut boleh digunakan boleh tidak. Biasanya menjelang akhir bulan ada kolektor yang mengumpulkan kupon sisa untuk dibelikan makanan bersama.
Penggunaan kupon yang harus dipotong sendiri tersebut tak harus mengikuti jam makan siang. Yang penting kantin masih buka.
Hal ini berbeda dari pengalaman saya saat mengunjungi percetakan milik penerbit besar di Cikarang pada 2005. Kupon hanya bisa dipakai selama jam makan siang karena irama kerja percetakan seperti pabrik.
Cara bukan dengan kupon maupun kartu saya alami abad lalu di Club Med Bali: dengan manik-manik. Ukuran beads lebih kecil daripada kelereng. Sebelum habis dipereteli untuk membayar ini dan itu, manik-manik tersebut bisa menjadi kalung dan gelang.
Kini urusan bayar makanan di kantin maupun pujasera secara nirtunai dapat dilakukan dengan ponsel. Harga berapa pun tak dipusingkan uang kembalian. Kalaupun harus pakai kartu ada Flazz BCA, E-money Mandiri, dan seterusnya sampai kartu debit. Dengan dompet ponsel, pengudap bisa berpatungan.
Mungkin nanti dompet digital juga berupa tato, atau cip di bawah kulit.
2 Comments
sampr sekarang, masih ngga paham konsep pake kartu makan beginian.. menambah ribet pembayaran (dari sisi konsumen) 😫
Mungkin sudah gak zaman