Limun cap Badak dari Pematangsiantar, Sumut. Coffee Beer Tirta Agung dari Ngoro, Jombang, Jatim. Kedua jenama sarsaparila itu pernah saya tulis. Pagi tadi saya melihat keduanya bersanding di meja kasir sebuah kedai kopi yang juga menjual buras oncom dan bakso siomay rujak.
Maka saya menyimpulkan kedua jenama itu berjodoh. Lebih dari itu, kedua minuman lawas itu masih punya penggemar. Di jual di Jakarta, mereka datang dari jauh. Tetap dalam botol beling. Belum berganti botol plastik maupun kaleng.
Limun sarsaparila memang belum punah. Saya menduga ada regenerasi konsumen. Atau misalnya penyuka sarsapari hanya wong lawas, maka barang tersebut cocok dijajakan di kedai yang digemari orang tua, misalnya limun Ay Hwa di Soto Kadipiro, Yogyakarta.
Dahulu kala setiap daerah, maksud daya kota dan kabupaten, selain memiliki kecap lokal kebanggaan juga empunya limun lokal. Kini yang masih bertahan kecap-kecap lokal — pun roti-roti lokal. Masih adakah limun akamsi di tempat tinggal Anda?
5 Comments
Limun akamsi itu apa, to, Paman?
Akamsi, akronim anak kampung sini, atau asli kampung sini
Oh, ternyata sesuai KBBI. Tadi sudah mbukak, sih, tapi ragu-ragu apa sama dengan yang dimaksud Paman.
Saya malah baru tahu kalau sudah ada di KBBI karena ngecek setelah baca komen Lik Jun 🙏🙈
Wooooo.