Sampai kapankah limun lokal bermerek jadul bertahan, apalagi setelah ada cukai minuman bergula?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Limun cap Badak, minuman orang Batak, di kedai BPK Tabona, Pondokmelati

Maaf, judul saya tak bermaksud menyebarkan sentimen rasial. Menyangkut minuman berkarbonasi cap Badak, saya baru mengenalnya di Jakarta, di lapo-lapo masakan Batak. Selain bir dan es markisa biasanya ada Badak. Maka dalam benak tertancap kesan bahwa limun sarsaparila ini adalah kesukaan orang Batak.

Limun cap Badak, minuman orang Batak, di kedai BPK Tabona, Pondokmelati

Ternyata di sejumlah rumah makan masakan Cina Medan di Jakarta juga ada Badak. Dan terbukti yang suka Badak bukan hanya orang Batak. Tetapi teman baik saya, seorang Jawa penggemar masakan Batak, selalu memprioritaskan Green Spot sampai limun yang ini lenyap dari pasar.

Abad lalu ketika bersua limun ini langsung saya baca tulisan pada botol. Ternyata bikinan Pematangsiantar, Sumut. Jauh juga. Kini di lokapasar tersedia Badak.

Limun cap Badak, minuman orang Batak

Lima kilometer dari rumah saya ada lapo Batak. Arsik ikan mas tentu ada, demikian pula menu lain yang mudah Anda tebak, dan tentu limun Badak. Sebotol Rp16.000.

Saya kagum, jenama ini bisa awet, beredar sampai jauh dari pabriknya. Badak terbikin oleh PT Pabrik Es Siantar, milik orang Indonesia, sebagai kelanjutan NV Ijs Fabriek Siantar milik orang Swiss, Heinrich Surbeck, yang beroperasi di sejak 1916. Pada 1959 perusahaan ini dinasionalisasi (¬ Indonesia. go.id).

Saya tak tahu sampailah kapan limun-limun bermerek lawas akan bertahan, apalagi kelak setelah berlaku cukai minuman kemasan bergula.

Limun sarsaparila: Berapa daerah yang masih bikin?

Limun sarsaparila belum punah

2 thoughts on “Limun cap Badak, minuman orang Batak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *