Kampanye berdarah

Tentara menganiaya siapa pun bahkan sampai tewas itu salah. Apalagi jika terbukti ada alasan selain bising knalpot: pemotor adalah pendukung Ganjar.

▒ Lama baca < 1 menit

Relawan Ganjar-Mahfud tewas dianiaya tentara

Menyedihkan. Seorang pendukung capres Ganjar Pranowo, bernama Muhandi Mawanto, tewas dianiaya sejumlah personel militer di depan di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh Boyolali, Jateng (Sabtu, 30/12/2023). Para terduga pelaku sudah ditangani polisi militer.

Sejauh kabar beredar, penyebab para pelaku menganiaya beberapa pemotor adalah karena knalpot motor korban bising sebagai akibat pembobolan demi suara kencang.

Belum jelas apakah penganiayaan itu karena rasa kesal tanpa pandang siapa pemotornya, ataukah karena selain kesal juga lantaran pemotor bising adalah relawan Ganjar-Mahfud.

Apapun latar sebenarnya, tindakan penganiaya itu salah. Namun jika menyangkut kampanye Pilpres 2024, urusannya menjadi sensitif. Sudah menguar kabar sejak awal penetapan capres-cawapres bahwa aparat birokrasi maupun keamanan tak netral. Media sosial menjadi etalase pertanyaan warga, disertai gambar.

Yang baru, di media sosial, misalnya X, muncul ejekan kenapa pemotor bising yang bukan pendukung Ganjar-Mahfud tak dihajar tentara. Soal apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana duduk perkara motor bising belum tentu komplet dalam setiap cuitan, apalagi yang sekadar hasil penerusan. Dalam ruang gema, informasi ihwal hal yang sangat dicemaskan maupun diharapkan mudah merebus emosi.

¬ Ilustrasi dasar dihasilkan oleh kecerdasan artifisial

Tinggalkan Balasan