Maka Hadi Rudyatmo pun berkisah

Lebih dari sekali Rudy menguak belang Jokowi karena ditanya. Mungkin tontonan terus berlanjut: ada konflik, komedi, dan tragedi.

▒ Lama baca < 1 menit

Salah satu bintang perbincangan publik seputar Jokowi menurut saya adalah F.X. Hadi “Rudy” Rudyatmo (63), ketua DPC PDIP Surakarta dan bekas wali kota di sana. Sebelumnya dia itu wakil wali kota era Jokowi.

Saya tak bertumpu pada data untuk menyebut Rudy bintang perbincangan publik. Saya hanya berdasarkan kesan pribadi. Ada saja video dan potongan video ucapannya seputar Jokowi, karena ditanya oleh pewawancara, yang beredar.

Mungkin benar. Mungkin tidak. Pihak yang percaya maupun tidak percaya pasti punya alasan. Pihak yang percaya dan tahu pun mungkin dalam hati berkata sudahlah tak usah diungkit.

Dari sejumlah video ada cerita yang berulang karena, ya itu tadi, ditanyakan kepadanya. Pernyataan Rudy mewakili kekecewaan dan rasa getun bekas pemuja Jokowi — terutama dari lingkungan padang banteng .

Dari kalangan pemuja pun ada gradasi kekecewaan, tak sepenuhnya hitam putih, karena di satu sisi tetap mengakui kinerja Jokowi namun di sisi lain patah hati dengan langkah politik sang presiden menjelang akhir masa jabatannya.

Dalam gradasi tersebut membuhul sesal, dan mungkin malu, bahwa sebelumnya mereka mudah menenggang nilai minus Jokowi — suatu hal yang dulu dicorongkan oleh penentang Jokowi.

Miturut ujaran bijaksini, manusia sulit bersikap adil terhadap pihak yang dia puja maupun dia benci. Terhadap pujaan mudah memaafkan, terutama selama masih mencinta. Terhadap seteru, kesalahan kecil pun akan menabiri hal yang baik dan benar dari pihak seberang.

Maka selama perang wacana Pilpres 2024 kita menyaksikan komedi masam: pihak yang dulu menyerang Jokowi, tetapi kini menjadi pendukung Prabowo-Gibran, tak membuka pagina lama dan berucap, “Tuh yang tempo hari gue omongin terbukti kan?” Sebagian dari mereka malah menangkis setiap serangan terhadap Jokowi dan keluarganya.

Pembuka lembar lama serangan terhadap Jokowi yang nyaman mencandai pendukung Ganjar-Mahfud mungkin pendukung Anies-Muhaimin yang tersenyum menyaksikan dua kompetitor mrèngès.

Salah satu cerita terbaru Rudy adalah dalam perbincangan dengan Rudi Kamri— dua orang Pak Kumis — tentang mobil Esemka. Tentang Iriana? Ada. Rudy bilang Iriana tak pernah menyapa dirinya dan istrinya.

Tikar pemirsa yang sudah dilipat mungkin akan digelar lagi kalau ada tontonan berikutnya, siapa pun narasumbernya. Sebagian penonton menikmatinya sebagai drama. Salah satu sisi minat insani dalam politik adalah drama dengan bumbu konflik, komedi, dan tragedi.

¬ Gambar praolah: Detik, Sean Park2009 Flickr

7 Comments

The Sandalian Rabu 13 Desember 2023 ~ 15.33 Reply

Jadi inget lagunya The Platters, Smoke Gets In Your Eyes.

Pemilik Blog Jumat 15 Desember 2023 ~ 05.40 Reply

Duh lawas banget lagunya 😇

AMD Senin 11 Desember 2023 ~ 05.51 Reply

Jebule tenan yo cinta itu memang membutakan? Ora mekakat oq ikih..

Pemilik Blog Senin 11 Desember 2023 ~ 10.04 Reply

Begitulah.
Blinded by the light of love 🙈

Pemilik Blog Senin 11 Desember 2023 ~ 10.01 Reply

Kalo ungkapan kekecewaan thd Jokowi, dengan lagu yang sama, dari siapa pun, terus dikumandangkan dapat kontraproduktif. Orang akan melihat banteng sebagai pendendam.

Padahal bagi sebagian orang, masalahnya bisa diakhiri dengan ya sudah, nggak usah milih Bowo-Gibran. Tapi karena lihat kubu Ganjar, terutama banteng, seperti pendendam, bukan tidak mungkin mereka akan milih Anies.

Tinggalkan Balasan