Niat hati tak menyerah, sekaligus ingin menunda barang menjadi sampah, namun apa daya kendala teknis menjadi masalah. Soal apa ini? Seal, atau sekatΒΉ, berupa ring (cincin) pada leher semprotan tanaman.
Karena semprotan beberapa kali saya lepaskan, agar slang dapat saya gunakan untuk hal lain, cincin sekat itu patah. Jika slang saya paksakan menggigit leher semprotan, saat air mengalir akan bocor. Dijepit klem pun air tetap rembes keluar. Jika tangan diangkat saat menyemprot, bocoran air akan sampai ke siku bahkan pangkal lengan, melalui kulit tangan, lalu badan pun basah.
Maka saya pun mencoba solusi: mengganti cincin sekat dengan karet gelang. Berhasil? Tidak. Air tetap rembes.
Harga semprotan ini murah, saya beli secara daring November tahun lalu Rp25.000, menggantikan semprotan lama seharga Rp5.000. Soal sekat karet juga mudah dicari di lapak daring. Urusan berikutnya adalah menimbang harga murah dan ongkir.
Saya sangat terbantu lokapasar. Sebelum ada belanja daring, saya harus ke lebih dari satu toko, menunjukkan contoh barang, atau menjelaskan secara deskriptif karena tak tahu nama barang.
Sampai awal 2000-an saya agak kerap ke Pinangsia, Kota, Jakbar, mencari barang kecil tak saya ketahui nama spesifiknya, sehingga harus menerangkan dengan kalimat.
Saya ingat pertama kali ke sana mencari satu set sekrup viser untuk menjepit kaca atau akrilik untuk ditempelkan pada dinding β harus pergi sendiri karena orang bagian umum tak tahu barangnya. Orang toko punya jawaban sama, “Itu baut display.” Ada juga yang menyebut pen display. Sederhana.
Sekarang? Mesin pencarian kian pintar, konten makin berlimpah, dan lokapasar siap melayani. Barang apapun ada. Internet ponsel mempermudah urusan.
ΒΉ) KBBI belum menyerap “sil” untuk kata bahasa Inggris “seal”
4 Comments
Untuk seal gepeng bisa dengan mudah digantikan potongan ban dalam sepeda, Paman. Mungkin bisa minta ke bengkel terdekat (jika ada).
Oh iya ya πππ
Ternyata slang, ya, Paman. Sumpih, selama ini saya kira selang, je.
Saya juga sering keliru kok Lik. π
Selain itu juga tak konsisten. Saya secara sadar sering menulis “apapun”, bukan “apa pun”, seperti halnya adapun, meskipun