Lihatlah gambar di atas. Ini persoalan klasik: got mampet. Bahkan pada ruas yang sebelumnya, gotnya pun sudah terisi tanah.
Lalu lihatlah gambar di bawah ini. Adapun gambar di atas adalah jepretan ketiga, sebagai kelanjutan dari dua gambar saya jejerkan dalam satu bingkai.
Saya tak tahu mengapa pemkot, camat, dan lurah dapat dikesankan oleh khalayak tak peduli. Kapan hujan setelah kemarau itu dapat diperhitungkan. Jadi mestinya sediakanlah payung sebelum pabrik payung tutup.
Maka ketimbang menggerundel padahal yang kita sasar tak peduli, lebih baik berimajinasi. Misalnya rumah Anda di tepi jalan, dan Anda selalu merawat got di depan Anda, tetapi tetangga kanan kiri tak pernah mengurusi, apa yang akan Anda lalukan?
Urusan lingkungan itu komunal, mencakup publik, dan tentu wilayah administrasi pemerintahan. Kalau hanya satu yang peduli tetapi lainnya tidak, maka dalam perkara drainase akan mempersilakan banjir.
Oke, taruh kata dalam seruas jalan entah di mana, Anda dan empat tetangga kiri, plus empat tetangga di kanan, selalu peduli kelancaran got. Tetapi…
Ya, tetapi… deretan tetangga setelah ujung dari empat rumah tetangga di kiri dan kanan Anda tak peduli, akankah satu lingkungan aman dari banjir, setidaknya aman dari genangan?
Maka jawaban saya ringkas: itulah perlunya pemerintah sebagai pengatur dan pengelola wilayah. Pemerintah adalah organisasi kekuasaan yang harus dikelola untuk kemaslahatan semua orang. Untuk itulah rakyat membayar pajak. Dan itu adalah politik.
Apapun yang menyangkut kepentingan semua orang, namun tak mungkin dipasrahkan kepada orang per orang, adalah politik.
Sayang, politik sering berkonotasi buruk: cuma soal kekuasaan dan manfaatnya bagi yang punya kuasa. Itu berlaku di tingkat lurah dan seterusnya yang lebih tinggi.
Pusing dah!
One Comment