Pantat. Terbuka pula. Siapa yang memperhatikan dengan saksama? Maksud saya pantat piring dan mug. Letaknya di bawah, saat barang difungsikan bagian bawahnya tak terlihat. Hanya saat kita mencucinya bagian tersembunyi itu menampak.
Saat saya mencuci di dapur, barulah jelas asal usul-usul satu-satunya piring bermotif pelangi di rumah saya. Ya, saya ingat. Itu piring bonus pembelian cairan pencuci piring SOS beberapa tahun lalu.
Hingga kini piring yang lebih kecil dari piring makan, dan tanpa cekungan dalam, ini masih kami gunakan. Maka saya berpikir, bonus promosional alat makan dan minum itu pasti berguna. Tak hanya bagi rumah tangga, karena anak indekos pun memerlukan. Mug itu paling sering, termasuk sebagai cendera mata dari mempelai.
Saya lupa dari jenama apa tetapi pernah melihat piring dan gelas dari produsen barang yang tak ada hubungannya dengan dapur. Kalau tak salah barang yang biasa dijual di toko bangunan tetapi untuk produk berbonus alat makan minum hanya tersedia di supermarket.
Dulu waktu saya kecil, banyak orang punya gelas gratis dari pabrik rokok, sebagai hasil menukarkan sekian bungkus kosong. Saat itu muncul pelesetan setiap kali ada orang menyebutkan kata “jelas”, lalu orang lain menimpali “jelas Djarum”.
Oh ya saya pernah mendengar seorang ibu bertanya, “Orang-orang kaya itu punya piring gratisan nggak?” Saya bilang, “Mungkin ada. Tableware Versace.”
3 Comments
Tentang cendera mata pernikahan saya suka yang terlihat sederhana tapi malah berguna untuk sehari-hari, semisal sisir alias jungkat. Atau pisau dapur (biasanya pakai wadah sekaligus tutup).
Yes! Pemotong kuku juga bisa. Ada sih yang berupa iPod, tapi si empunya gawe memang calo kasus
Wekekek, Tuan Markus.