Ujug-ujug. Mendadak sontak. Sekonyong-konyong. Judul berita koran Kompas tanpa gambar ini (Rabu, 15/11/2023) tak jelas membahas apa. Tak ada teks penjelas di atas judul, misalnya “Pilpres 2024”. Di halaman depan juga tak ada pengantar untuk melihat boks bertajuk “Problem Serius Bisa Muncul” di halaman 15.
Jika hanya membaca judul, apalagi sedang tak berkacamata, pembaca merasa seperti membaca tajuk “Maju Kena Mundur Kena” atau “Atas Enak, Bawah Nikmat”, lalu bergumam, “Ini maksudnya apa?”
Sekitar empat jam setelah versi koran terbit, muncullah versi web. Isi tubuh berita sama, namun judul dan elemen penyerta lebih lebih jelas. Bahkan intro versi web lebih hemat kata.
Media kertas dan web memang berbeda. Dalam media cetak, jumlah karakter dalam judul itu memengaruhi pengisian kaveling karena harus berbagi ruang dengan tubuh berita. Artinya juga harus berbagi kaveling dengan konten lain termasuk iklan.
Tetapi untuk koran sekelas Kompas masa sih bisa membuat judul untuk berita tunggal, bukan sambungan maupun boks, yang tak menyuratkan maupun menyiratkan maksud?
Misalnya Anda seorang editor, cobalah mengganti judul dengan jumlah karakter setara, pokoknya pas untuk dua baris, isinya sesuai kaidah kebahasaan, dan jelas maksudnya, bukan semacam “Maju Kena Mundur Kena”. Bisa?
Tetapi ada hal yang lebih penting: web memberikan keleluasaan ruang, dan sungguh sayang jika judul panjang tak menjelaskan apapun, misalnya hanya mengedepankan “begini…” dan “segini…”. Media penggemar judul macam itu punya jawaban: buktinya banyak orang membacanya. Kaidah jurnalistik old skool perlu direvisi.
2 Comments
Mungkin editor Kompas itu lelah….
Tapi adakah pembaca yang dapat mengusulkan judul pengganti yang ringkas?