Tentu Anda tak perlu menghafal 9.917 nama calon anggota DPR tiga tingkat dan 668 nama calon senator. Kenapa? Yang mewakili dapil tempat Anda bermukim tak sebanyak itu. Tetapi untuk menghafal semua nama di wilayah Anda pun merepotkan, bahkan misalnya berhadiah sepeda termahal yang ada di pasar.
Kalau Anda tak mengenali seorang pun dari mereka berarti masalah ada di mereka karena mereka belum memperkenalkan diri kepada Anda. Ya, bukan Anda yang memperkenalkan diri kepada mereka. Tidak ada, dan tidak perlu dibuat ada, undang-undang yang mewajibkan warga negara memperkenalkan diri kepada caleg. Pun terhadapnya cawali, cabup, cagub, dan capres.
Kalau semua dan setiap calon memasang baliho, poster, dan stiker di ruang publik pasti membuat mata Anda penat. Saat Anda menyetir tetapi asyik memandangi baliho caleg bisa berbahaya. Misalnya mobil menabrak tiang baliho lain yang juga bergambar kandidat. Urusannya bisa menjadi politis. Padahal sumber masalah pada rem mobil: belum melibatkan AI yang mengerem sendiri.
Memang sih dalam politik diperlukan rem terhadap syahwat akan kekuasaan, misalnya ingin memperpanjang jabatan melalui anak. Tetapi dalam kasus mobil menabrak cagak baliho itu urusan maupun pasalnya berbeda. Dalam hukum pidana ada yang namanya kelalaian.
Kemarin (3/10/2023) KPU mengumumkan daftar calon tetap (DCT) anggota DPR tiga tingkat dan DPD. Soal publikasi biodata, KPU masih menunggu izin dari partai.
Lalu hari ini Kompas memuat iklan DCT itu. Untuk DCT DPR ada 9.917 calon dalam 14 halaman. Untuk DPD ada 668 kandidat, dalam dua pagina. Lalu?
Yang mengundang rasa ingin tahu saya bukanlah Kompas dapat duit berapa tetapi adakah petugas pemeriksa isi tabel yang mencocokkan data secara manual dan visual.
Misalnya orang macam itu ada, di KPU yang memeriksa proof cetak sendirian, dia layak mendapatkan sepeda. Lebih bagus kalau sepeda listrik roda tiga (trike) karena model yang bagus itu lebih mahal ketimbang motor listrik kurir makanan. Andai kata trike menabrak baliho akibatnya tidak separah diseruduk mobil.
Oh baiklah, misalnya orang dalam DCT itu ada yang Anda kenal, karena bertetangga, belum tentu Anda mencoblosnya. Misalnya karena afiliasi kepartaian Anda, maupun afiliasi promosi lokapasar Anda, berlainan dari dia. Tetapi tenang, nanti Anda juga boleh mencoblos gambar partai. Usahakan jangan ngasal karena siwer terhadap 18 logo partai. Kalau kandidat senator sih tak mewakili partai maupun produsen sepeda lipat Senator.
Lalu siapakah yang langsung mencari nama dalam tabel di koran? Si calon itu sendiri dan atau keluarganya. Dengan catatan kalau mereka masih mengonsumsi surat kabar, termasuk yang berupa e-paper.
3 Comments
Sebuah rumah besar, tak jauh dari omah etan saya, dikontrak oleh seseorang/sekeluarga. Lalu, depan rumah dipasangi baliho besar bergambar seorang caleg perempuan sebuah partai untuk wilayah Kabupaten di Sukoharjo. Saya cek nama itu di Google, berkali-kali, tidak ada satu arsip pun tentang dirinya….
Mencalonkan diri di Sukoharjo tapi masang baliho di Kota Surakarta. Atau kedua wilayah itu satu dapil.
Mungkin Google siwer 🤣
Dapil berbeda. Itu balihonya di depan rumah yang dikontrak, kayaknya selain untuk rumah tangga juga markas sang caleg, atau semacamnya.
Kayaknya nggak ada arsip di Google karena mbak caleg memang mboten kondang, mboten punya rekam jejak sama sekali. O iya partainya PSI 😁