Ketika lensa merekam cara kita bersalaman

Mungkin Anda lupa pernah bersalaman tanpa menatap wajah, tapi Anda ingat pernah diperlakukan begitu.

▒ Lama baca < 1 menit

dengan pendukung berkepala kuda

Saya mencoba becermin diri, jangan-jangan saat bersalaman dengan banyak orang, mata saya tak menatap orang yang saya salami maupun menyalami saya.

Maksud saya ketika saya harus menyalami banyak orang yang berjejer. Atau sebaliknya, saya disalami oleh antrean, namun ini jarang. Yang saya ingat adalah saat saya dulu berdiri di pelaminan dan saat anggota keluarga saya meninggal dunia padahal saya berdiri di sebelah peti jenazah.

Dalam suasana riuh, apalagi berdesakan, proses bersalaman berlangsung cepat. Tak cukup waktu untuk bertegur sapa dengan setiap orang. Bisa saja ketika saya menyalami Anda, atau Anda yang menyalami saya, mata saya tak menatap Anda sesekejap apapun.

Bisa saja ketika kita sedang bersalaman dalam suasana ramai, ada suara memanggil nama saya, suara yang sangat saya kenali, misalnya anak dan istri saya. Dalam sepersekian detik bola mata saya memindai sumber suara. Atau saya malah menoleh ke arah lain namun tangan kita masih berjabatan.

Lebih buruk lagi, tanpa ada interupsi pun ketika kita mulai bersalaman saya tak menatap wajah Anda. Saya melihat ke arah orang berikutnya, di sebelah Anda, dan terus saya ulangi apalagi jika saya tak mengenal mereka.

Ini memang perkara etiket. Tetapi kita bisa terjebak dalam situasi semacam tadi. Celakanya kamera membekukan adegan itu dalam foto dan merekam gerak dalam video.

Misalnya saya figur publik tentu itu bisa menodai citra diri yang sekian lama saya bangun. Lalu? Kini perhatikanlah video para bacapres dan bacawapres — yang akan menjadi capres dan cawapres setelah KPU menetapkan mereka — saat meladeni uluran jabat tangan dari banyak orang. Video terdahulu saat mereka belum nyapres pun layak simak.

Inti soal: bersalaman itu tak selamanya mudah. Lalu kenapa saya memasang foto Barack Obama dari Time? Lebih aman. Tak mungkin saya mengambil video mempelai dari media sosial, siapa pun mereka. Apalagi foto para bakal kandidat itu.

2 Comments

Enny Minggu 29 Oktober 2023 ~ 12.48 Reply

Wah jangan-jangan saya juga begitu ya

Pemilik Blog Minggu 29 Oktober 2023 ~ 16.04 Reply

Halo Ibu.
Tampaknya banyak orang terjebak dalam situasi macam itu padahal bukan niat masing-masing untuk mengabaikan orang lain. 🙏

Tinggalkan Balasan