Saya membayangkan sembilan bendera yang diangkut pikap berjalan itu berkibar semua. Bendera partai apa yang akan terlihat jelas, tidak teralingi bendera partai lain? Lalu bagaimana jika hujan deras tanpa angin kencang sehingga bendera menguncup semua?
Saya sebut sembilan bendera karena pada sisi kiri maupun kanan bak pikap masing-masing berisi sembilan bendera. Kedelapan belas bendera partai peserta Pileg 2024 tersebut tak dapat ditempatkan sekaligus pada satu sisi bak pikap kecuali menggunakan truk panjang.
Lagi pula bendera yang di sisi kiri bak belum tentu menampak dari kanan jalan, begitu pula sebaliknya. Kalau menggunakan transit ad dengan pemampang LED, logo muncul bergiliran.
Beruntunglah logo di layar LED yang lebih terekspos dalam lalu lintas tersendat sesaat dan di lampu merah. Tetapi terkutuklah sopir yang saat lalu lintas lancar malah tancap gas mengikuti penyibak jalan di depan yang tak sabar (lihat infografik paling bawah).
Tetapi itu hanya imajinasi saya saat membaca berita rencana kirab bendera parpol oleh KPU, untuk memperkenalkan partai peserta pemilu kepada khalayak ramai maupun sepi.
Lebih wigati soal ini: apakah Anda hafal semua logo partai, syukur berikut ketua umum masing-masing? Ada delapan belas logo lho, anggap saja itu semua serupa jenama di supermarket. Misalnya versi awal, 24 partai, lolos verifikasi semua akan kecapaian mata konstituen.
Saya membayangkan orang bisa bingung, akan mencoblos yang mana, apalagi di TPS memegang kertas terlipat berisi belasan logo.
Jika memetik analogi supermarket, bisa saja urusannya tidak membingungkan. Saya berasumsi mayoritas pembelanja sudah tahu akan beli kecap merek apa atau cairan pel berjenama apa. Sudah ada preferensi. Namun bisa menjadi masalah ketika akan membeli buah. Sesama mangga manalagi berbeda stiker jenama dan asal muasalnya.
Masalahnya berapa banyak swing voters dan pemilih pemula jenis undecided? Biarlah jadi urusan lembaga survei politik.
Dari sisi visual, menurut saya, logo partai sampai banyak itu merepotkan desainer. Misalnya untuk membuat infografik. Apa saja kerepotannya?
Pertama: format bentuk logo dari segi perbandingan panjang dan tinggi. Tak seragam. Belum lagi soal bentuk; ada yang bundar, kotak, dan segi lima. Maka solusi desainer adalah membuat tata letak ala katalog belanja. Dari sisi ukuran bingkai logo seragam, namun ukuran isi tidak.
Gaya katalog belanja lebih praktis ketimbang deretan logo setara — misalnya sesama sponsor pendamping, bukan penaja utama — dalam sebuah poster acara. Dari sisi grid sudah pas, namun perbedaan format logo dapat mengakibatkan yang satu lebih menonjol dari logo lain yang seperti mengerut, apalagi dalam laman web. Pemilik jenama yang merasa dirugikan bisa protes. Untunglah parpol tak serewel itu.
Kedua: perbandingan teks nama partai dan gambar logo. Ada yang teksnya tampak kecil, sulit dibaca. Sila lihat contoh di atas. Di layar ponsel ada yang nama partainya kurang menonjol.
Ketiga: soal warna. Ada saja partai yang punya kemiripan warna. Memang sih masing-masing partai memiliki panduan warna logo untuk CMYK dan RGB, tetapi di mata awam kadang sama saja. Apalagi kalau dicetak, padahal dari partai atau agensinya tak ada yang mengontrol. Masalahnya partai tidak bisa meniru korporasi dan agensi: kalau warna meleset tak akan dibayar. Bisa-bisa dihujat di media sosial, belum berkuasa kok sudah mengemplang UMKM — gitu kok ngaku prorakyat.
¬ Infografik: Kompas.id, Kompas.com