Iseng bikin bahagia dan lamunan tentang hilangnya kebahagiaan

Dari iseng memotret tetes air pada gembok, pikiran saya malah berbelok. Tapi iseng itu penting kok.

▒ Lama baca < 1 menit

Cerita tentang tetes air pada gembok

Foto ini akan ditertawakan fotografer dan pehobi fotografi karena banyak kekurangan. Niat hati berfokus pada tetes air namun apa daya kamera ponsel gagap. Lalu puncak atap rumah di latar belakang terpotong, tak nyaman di mata. Belum lagi ujung lengkung gembok dan sisi belakang silinder yang rak utuh. Tetapi saya bahagia dengan keisengan ini.

Iseng? Ya. Karena impuls. Niat hati akan menutup pintu gerbang setelah saya mengosek carport, tetapi saat akan bangkit dari kursi teras mata saya dari posisi diagonal menangkap kilau tetesan air pada gembok sejauh dari empat meter lebih. Lalu saya hampiri sambil membawa ponsel. Sesederhana itu.

Saya bahagia masih dapat menurut impuls untuk iseng. Tanpa itu hidup akan semakin menjemukan. Foto-foto ilustrasi dalam blog ini sebagian besar terjadi karena impuls. Tentu lebih banyak lagi jepretan yang tak menjadi tulisan.

Cerita tentang tetes air pada gembok

Ketika melihat gembok hasil jepretan, pikiran saya malah terbang jauh: mungkinkah rumah kita tanpa kunci maupun gembok, kecuali selarak untuk mencegah binatang buas menyeruak?

Rasa aman dan tak aman. Keduanya menentukan kebahagiaan. Dengan pintu terkunci, kita merasa aman dari penjahat. Kebahagian kita tak terusik oleh orang lain.

Tetapi ada juga orang yang bahagia, selalu merasa aman, padahal pintu tak dia kunci. Atau pintu selalu dikunci saat dia pergi, tetapi semua penghuni rumah kos tahu di mana dia meletakkan kunci: pada lubang kusen pintu.

Di Bali tiga puluh tahun silam saya pernah menginap di pondok kayu, rumah panggung di tengah kebun, yang pintunya tak perlu dikunci, cukup didorong dari luar atau ditarik dari dalam namun tiupan angin tak kuat untuk membukanya. Misalnya ingin lebih aman, penghuni kamar dapat menyelarakkan palang kecil dari kayu yang seperti bakiak.

Saya merasa aman di sana. Mungkin juga karena tahu ada petugas keamanan.

Namun saya juga heran kenapa maling di rumah masing-masing juga mengunci pintu dan mengamankan barang? Mungkin mereka menganggap orang lain seperti dirinya: suka nyolong.

2 Comments

junianto Minggu 17 September 2023 ~ 16.10 Reply

Karena bahkan maling pun takut kemalingan.😁

Pemilik Blog Minggu 17 September 2023 ~ 16.59 Reply

Lha nggih niku. Wagu to?

Tinggalkan Balasan