Goda jajanan pinggir jalan saat debu beterbangan

Mengetahui sejumlah hal, apalagi jika menyangkut kesehatan, bisa membuat kita ciut nyali. Misalnya mengudap di pinggir jalan ramai.

▒ Lama baca < 1 menit

Penjual bakso bakar di Jalan Pasar Kecapi, Jatiwarna, Kobek

Saat ini kemarau kering, debu lebih banyak, isu polisi karena karbon terus menguat, namun malam kemarin pengamen tetap jongkok di pinggir jalan, di samping penjual bakso bakar.

Saat malam membeli makanan di pinggir jalan, apalagi mengudap di tempat, kita bisa merasa kerepotan dengan debu dan asap kendaraan.

Sudah terbiasa kita bersantap al fresco bersama deru dan debu. Suara knalpot motor dan mobil mengiringi kita makan, minum, dan mengobrol. Lalu debu yang dihamburkan roda pun menggenangi udara bersama asap knalpot, namun kita tak melihatnya dalam gelap karena kandungan arang dalam asap berukuran mikron, belum lagi kandungan aneka zat beracun.

Penjual bakso bakar di Jalan Pasar Kecapi, Jatiwarna, Kobek

Nyatanya kita merasa sehat. Kita merasa kuat. Tak menjadi flu. Tak sakit perut setelah mengudap kecuali sedang apes. Kata guru SD dulu, telur cacing ada dalam debu.

Tetapi sampai di mana batas kekebalan kita? Beda orang beda kondisi. Juga beda daya toleransi, ada yang langsung membatalkan pengudapan sebelum memesan saat tangan mereka meraba meja: ngeres berdebu.

Memang orang kedai akan membersihkannya dengan menyekakan lap lembap. Tetapi tak semua pengudap berani ambil risiko. Sementara yang merasa kekebalan dirinya normal menganggap janganlah selalu membayangkan kesehatan dengan kacamata mikroskopis karena akan mengerikan. Mengetahui sejumlah hal, apalagi jika menyangkut kesehatan, bisa membuat kita ciut nyali.

Jika setiap orang punya banyak pilihan pasti menyukai makanan yang higienis dengan bahan yang sehat.

Penjual bakso bakar di Jalan Pasar Kecapi, Jatiwarna, Kobek

3 Comments

junianto Minggu 10 September 2023 ~ 23.06 Reply

Jadi ingat, saat pandemi, terlebih ketika banyak pasien Covid 19 meninggal dunia, orang-orang sangat menjaga kebersihan, termasuk dalam hal makanan. Kini, orang-orang kendur, bahkan sebagian abai (lagi).

Pemilik Blog Senin 11 September 2023 ~ 10.32 Reply

Lha kan sudah kebal? 😁
Saya seperti kaset yang diputar ulang saat menceritakan peliput asing di area parlemen setelah Soeharto turun. Mahasiswa masih di sana, masyarakat berdatangan. Para jurnalis tua enteng saja mengudap makanan dari gerobak. Mereka veteran yang mengalami meliput perang di Afrika dan Indocina. Sementara jurnalis muda, banyak yang fresh grads, tampak minggrang-minggring. Salah satunya cewek jurnalis muda dari Amrik, yang bbrp malam sebelumnya begitu tiba di Bandara Soeta dari Hong Kong langsung ke DPR dan tampaknya kebingungan lalu saya pandu. Saya arahkan dia ke kantor The Jakarta Post.

Tinggalkan Balasan