Wanti-wanti Menag Yaqut soal politik identitas dan polarisasi

Arahnya ke Anies Baswedan. Kubu Anies bilang, sang bacapres tak termasuk itu. Lalu bacapres yang mana dong?

▒ Lama baca < 1 menit

Menag Yaqut Cholil Qoumas menyindir Anies Baswedan

Pidato Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas di Garut (¬ lihat siaran pers Kemenag) menunjukkan suhu tahun politik terus merambat. Yaqut tak menyebut politik identitas dan polarisasi namun semua orang dapat menyimpulkan begitu.

Ada satu pertanyaan, namun beda orang beda jawaban: layakkah Yaqut berbicara begitu?

Satu jawaban bisa mengiakan, dengan alasan itu pernyataan normatif sebagai pejabat pemerintah yang mengurusi agama. Tak beda dari mengingatkan orang untuk berbuat baik, tak melakukan kejahatan. Sebuah pesan universal yang juga berlaku untuk orang tak beragama.

Sementara jawaban lain bisa menafikan pernyataan Yaqut dengan alasan isinya insinuatif bahkan tendensius.

Walakin tak menyebutkan secara eksplisit, isu politik identitas dan polarisasi dalam asumsi publik mengarah ke Anies Baswedan. Sejak dulu Anies menyangkal, dan selama menjadi gubernur DKI timnya harus melakukan komunikasi politik untuk memudarkan citra itu. Citra yang terbentuk dari Pilkada DKI 2017 yang keras.

Bukti bahwa ucapan Yaqut bisa ditafsirkan mengarah ke Anies, bukan ke dua bacapres lain, yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, adalah tangkisan dari kubu Anies. Padahal jika menyangkut polarisasi, alamat bisa bercabang ke Prabowo dan Jokowi, merujuk dua kali pilpres dengan kubangan debat kusir lebih dulu ayam atau telur.

Angga Putra Fidrian, jubir Anies, menanggapi, “Alhamdulillah, Pak Anies Baswedan masuk kriteria Pak Menag sebagai pemersatu umat.” (¬ Detik)

Belum jelas, apakah Angga mengatakan itu karena ditanya wartawan ataukah memang langsung bersuara melalui keterangan tertulis.

Misalnya dia menanggapi pertanyaan wartawan, dapat disimpulkan si penanya bertolak dari asumsi sebagian publik tentang citra politis Anies.

Memang, citra belum tentu sesuai kenyataan. Dalam pertetanggaan seorang warga bisa disebut pelit oleh banyak orang padahal ketika tangan kanannya memberi, tangan kirinya tak melihat. Dalam bahasa praktisi komunikasi: citra terbentuk karena merupakan hasil konstruksi pihak lain yang tidak suka.

Jika menyangkut urusan suka dan tak suka, jebakannya sama: kita sulit bersikap adil. Terhadap pihak yang kita benci, kesalahannya lebih tebal dan menebar. Sebaliknya, terhadap pihak yang kita puja, selalu ada stok apologi untuk menenggang. Lalu urusan selanjutnya adalah perang wacana. Jika menyangkut pilpres bisa menuju titik didih.

¬ Gambar praolah: akun Facebook Yaqut Cholil Qoumas

Jerat politik identitas

Amien Rais, Partai Ummat, politik identitas, dan identitas politik

Jokowi ingatkan politik identitas dan kebebasan beribadah

Anies dan pemilih dari kalangan Islam

2 Comments

srinurillaf Selasa 12 September 2023 ~ 09.03 Reply

🤣 debat kusir ayam atau telur dulu.

Pemilik Blog Selasa 12 September 2023 ~ 09.35 Reply

Duluan mana hayo? 🤣

Tinggalkan Balasan