AI di antara kantong semar dan suplir

Terhadap daun beneran AI bisa keliru. Terhadap daun plastik juga. AI kian pintar dan terus belajar. Manusia juga.

▒ Lama baca < 1 menit

Daun plastik yang ditebak berbeda oleh AI

Niat awal saya tadi siang memotret daun plastik ini cuma iseng karena saya kehabisan kegiatan sambil menunggu istri menyelesaikan urusan rutin mingguan. Lalu klik. Saya simpan.

Sore tadi saya memeriksa aneka jepretan. Yang menarik cuma pintu biru, lalu saya tulis secara dengan melantur, seperti kebiasaan saya. Menjelang klik publikasi pos, mendadak saya teringat pintu samping di area saya. Segera saya pakai baju, mendatangi lokasi pintu lalu memotretnya saat magrib. Inilah pos yang saya maksudkan.

Lalu malam ini sambil menunggu penjual baru nasi goreng lewat — belum dua dua minggu dia berkeliling — saya mengamati foto daun plastik itu.

Daun plastik yang ditebak berbeda oleh AI

Eh, tiba-tiba tebersit niat menanyakan daun itu ke PictureThis, aplikasi pengidentikasi flora yang acap saya pakai. Alhasil daun plastik itu dia sangka kantong semar (Napenthes mirabilis). Kemudian nama Latin itu saya cari di Wikipedia Indonesia.

Setelah itu warna foto saya ubah, menjadi hijau pucat. Aplikasi mengenalinya sebagai suplir dolar atau suplir gung (Adiantum peruvianum). Lalu lagi-lagi saya mencocokkan nama Latinnya di Wikipedia Indonesia.

Identifikasi oleh PictureThis berbasis AI

Terhadap kedua hasil pengenalan itu saya tak sepakat namun saya tak tahu daun plastik itu meniru daun apa. Mungkin daun anggur?

Tentu saya tak menuduh aplikasi berlandaskan kecerdasan artifisial, dengan merujuk aneka info visual yang dia rekam dan kaji, itu bodoh karena dia hanya melihat satu sampel foto.

Lebih dari itu saya yakin, semua mesin dengan kecerdasan bentukan akan terus belajar dan belajar dengan rakus lagi cepat, melebihi proses manusia menimbun dan menata kognisi lalu mengambil keputusan setelah menyimpulkan. Dengan demikian manusia menjadi lebih produktif karena ada alat bantu.

Masalahnya, ada keputusan AI yang bisa berbahaya pun merugikan, dan ada yang dapat diterima dengan cengengesan.

Tolong Anda lempengkan jika pemahaman saya ini bengkok.

Tinggalkan Balasan