Hingga hari ini saya belum pernah makan manuk londo goreng atau burung belanda goreng. Kenapa? Belum berminat. Kadung membayangkan unggas kecil yang alot. Tetapi katanya malon (manuk londo) tidak.
Baru hari ini saya melihatnya di sebuah kedai. Beberapa tahun lalu ketika mendengar manuk londo, saya tak berminat. Orang yang memberi tahu saya adalah nenek yang sudah punya cicit, menceritakan dengan nada geli: “Manuk londo apa pancèn luwih gêdhé tinimbang manuk jawa, to?”
Artinya, apakah burung belanda memang lebih besar daripada burung jawa? Ibu-ibu yang mengudap bersama si nenek juga membahas hal yang sama. Burung bisa mengundang canda. Bagi pria maupun wanita.
Butter roasted French quail from @D'ARTAGNAN
Simple seasoned with salt, pepper and Turkish Isot Beiber pepper.
I love their freezer sales. pic.twitter.com/9JtlbSUASA— Joann C (@joanncreek_) April 14, 2021
Saya gagal paham di mana lucunya. Burung belanda itu besar atau kecil tergantung spesiesnya; burung jawa juga. Begitu pun unggas lain, misalnya ayam arab.
Saya tadi menanya orang kedai tentang burung belanda itu. Dia katakan, itu persilangan puyuh lokal dan puyuh Prancis.
Saya tak tahu bagaimana telurnya. Kebetulan saya kurang suka sate telur puyuh. Namun setiap kali ada pencanangan rekor tart tertinggi saya pun membatin kenapa tak ada yang berbahan telur puyuh ya?
2 Comments
Ada resto ini, yang selalu saya lewati saat saya pergi-pulang Solo-Yogya saat enam tahun bekerja di Yogya. Tapi belum pernah mampir.
https://www.ranselmungil.com/2014/09/cupuwatu-resto-kuliner-manuk-londo-yang.html?m=1
Di medsos bertaburan reviu kedai manuk londo. Suatu saat akan mencoba manuk puyuh itu 😇