Di lokapasar masih banyak yang menjual ponsel biasa, atau feature phones (ada yang menyebut dumb phones), baru maupun bekas, termasuk yang refurbished dalam dus. Hanya bisa untuk berhalo-halo dan SMS. Bahkan ponsel bersahaja itu diiklankan.
Mengapa ponsel lawas itu masih diminati, menurut penjual ada alasannya (¬ Eraspace, tanpa tahun terbit; Liputan 6, Mei 2023). Apakah Anda termasuk pembeli ponsel jadul, atau baru berminat? Jika ya, untuk apakah? Itulah yang saya maksudkan dalam judul. Padahal smartphones termurah banyak dijual juga.
Setidaknya sudah sepuluh tahun Anda menggunakan smartphones atau ponsel cerdas dengan tombol sentuh pada layar. Urutan tombol seperti kibor komputer: QWERTY.
Sedangkan input teks pada ponsel biasa menumpang pada tombol numerik. Tombol angka 1 untuk A, B, dan C.
Tentu pada era ponsel sederhana itu, mengetikkan teks sungguh merepotkan sampai kemudian muncullah BlackBerry dengan QWERTY. Meskipun merepotkan, nyatanya kita tak dapat mengelakkan ponsel biasa karena pilihannya hanya itu.
Bukankah dulu ada PDA phone yang QWERTY? Mahal alatnya, mahal pula biaya koneksinya. Hal serupa terjadi pada ponsel bersistem operasi EPOC dan Symbian dengan QWERTY. Begitu ada BlackBerry, iPhone, dan Android, ponsel lugu pun terdepak.
Namun smartphones, termasuk BlackBerry, menjadi layak juga karena biaya koneksi yang disebut paket kuota internet dan… wi-fi! Memanfaatkan koneksi data dari pulsa prabayar dan tagihan pascabayar itu boros.
Kini Anda pun mungkin lupa apa merek dan model ponsel sederhana yang terakhir Anda miliki sebelum beralih ke ponsel pintar.
2 Comments
Saya (dan istri) selalu pakai Nokia jadul, selain ponsel Android. Dipakai hanya buat berhalo-halo, tidak untuk SMS-an. Agar hemat, kami beli paket nelepon 2.000 menit all operator (termasuk interlokal) untuk sebulan berharga Rp 55.000.
Istri saya pakai Nokia jadul karena dia perlu ponsel yang gampang digunakan, tidak ribet, saat pagi dan malam dari rumah bolak-balik menghubungi telepon berkabel di kedainya. Juga, untuk menghubungi saya ketika saya jauh dari rumah maupun kedai. Saya sendiri pakai ponsel jadul demi menyesuaikan dengan istri — kalau tidak, bisa dimarahi.😁
Sekitar dua bulan lalu, ponsel jadul kami berdua rusak sehingga saya beli baru, dua Nokia seri 105, berharga Rp 250.000/buah, di sebuah toko besar ponsel di kota saya.
Waaaaaa terbukti masih ada yang butuh ponsel jadul 👏👍