Teman saya tak habis pikir mengapa banyak media daring membuat judul berita yang menurutnya aneh.
Saya pun bertanya, aneh yang bagaimana. Dia contohkan berita tentang gaji suatu pelaku profesi, “Pasti judulnya segini gaji…”
Dia lanjutkan, “Kalo nggak percaya cari aja segini gaji di Google.”
Kali ini saya sabar, bisa menahan tawa. Kemudian teman saya menambahkan contoh, jika isi berita menyangkut tanggapan narasumber terhadap kabar tentang diri atau kelompoknya, “Pasti judulnya begini jawaban…”
Saya merasa hebat, bisa menahan diri untuk tidak tertawa.
“Kok bisa kompak ya, Mas?” dia menanya saya.
“Berarti mereka guyub, rukun, saling mendukung untuk sebuah pakem baru jurnalistik,” jawab saya.
“Itu media yang punya kembaran di luar negeri juga gitu. Media sini yang punya reputasi di cetak juga jadi beda waktu main di online…”
“Berarti media yang itu itu paham gaya jurnalistik Indonesia yang tepat di era digital.”
Aneh, dia tak tertawa. Saya telanjur ge-er menakar diri, meskipun saya tak tertawa saya merasa jawaban saya jenaka. Memang itulah kekurangan saya, sering merasa lucu. Tetapi sialnya, saya berujar serius malah dianggap melucu — artinya hal itu membikin saya tersinggung karena ditertawai.
Menurut kawan saya, judul berita harus jelas. Isi tiga paragraf pertama merupakan kesimpulan. “Liat aja kantor berita,” katanya. Sok tau, padahal dia belum pernah bekerja di media.
Lantas kalau berita gaji, judulnya bagaimana? “Gampang, sebut saja besar atau kecil kalau mau ringkas. Soal jumlah ada dalam paragraf pertama. Atau judul langsung sebut aja gaji perwira remaja Rp2,7 juta. Simpel kan?”
Uh, tambah sok tau dia, karena yang paling paham jurnalistik itu ya orang media, bukan pembaca apalagi dosen jurnalisme lawas.
Lantas dia bilang, “Atau dalam judul ada perbandingan gaji Rp2,7 juta itu cukup buat apa, dengan syarat ada narasumber yang mengatakan.”
Dua jam setelah percakapan saya kirimkan tangkapan layar berita lawas,”Maksud sampean judul berita yang jelas seperti ini?”
3 Comments
Baiklah, saya pun ikut merasa hebat karena mampu menahan tawa membaca judul-judul tersebut. Saya juga bisa menahan tawa tiap kali baca lead dalam media daring seperti ini : Siapa tak kenal Krisdayanti? Penyanyi senior ini blablabla (Kata Krisdayanti bisa kita ganti dengan Ganjar Pranowo, Mick Jagger, Prabowo, Maia Estianty, dan seterusnya).
Atau lead “Tahukah Anda blablabla…”
Atau “aktor ganteng” dan “penyanyi cantik”. Lha wong sdh ada fotonya, tenar pula
👍