Saya terpancing untuk mendekat ke pohon langsing itu, kalau tak salah ingat itu pohon palem, lalu melongok lubang sekitar satu jengkal tingginya. Tak ada apa-apa.
Puntung rokok atau tutup botol pun tidak ada. Biasanya lubang pohon yang tempat di sekitarnya sehari-hari selalu ada aktivitas sejumlah orang berpeluang menjadi tempat sampah.
Mainan anak, semisal kelereng yang disembunyikan, juga tidak ada. Pistol air juga tak saya jumpai. Apalagi ketapel.
Oh, rupanya saya terlempar ke masa lampau. Mana ada anak sekarang bermain kelereng atau pistol air, ketapel, apalagi crut-crutan yang pohonnya sudah sulit ditemui. Itu lho tulip Afrika atau kecrutan atau ki acret (Spathodea campanulata).
Kadang lubang kecil pada pohon juga dijejali kerikil dan pecahan batu bata. Tetapi itu dulu. Pelakunya mungkin anak-anak, mungkin juga orang dewasa. Saya belum pernah melihat prosesnya.
Sekarang sebagian sekolah masih libur kenaikan kelas. Yang sering saya lihat adalah anak bersepeda atau main sepak bola. Selebihnya ya mengurusi ponsel.
Siapa yang lebih berbahagia, anak dulu atau anak sekarang? Setiap generasi punya kebahagian masing-masing sesuai zamannya.