Saya lihat di kantong keresek untuk sampah dan kulit buah ada kupon berhadiah mobil listrik Wuling Air EV dan skuter listrik.
Ada yang membuang kupon itu, orang rumah sih, mungkin sebelumnya juga, karena saya pun malas mengisi kupon berhadiah. Lagi pula saya merasa takkan menang.
Yang lebih sering, dulu ketika mengisi kupon undian saya tak pernah melihat pengumuman. Lebih dari itu, kalau saya tak dihubungi berarti tidak mujur.
Pernah sih lebih dari sekali saya ditelepon seseorang bahwa saya dapat hadiah. Karena saya tidak mengikuti undian maka saya katakan, “Hadiahnya untuk Anda saja. Saya nggak butuh.” Dia bukannya berterima kasih malah menutup telepon. Aneh.
Tak banyak informasi dalam kupon. Dalam situs penyelenggara, yakni Superindo, juga tak saya temukan. Misalnya siapa yang menanggung pajak hadiah, penyelenggara ataukah pemenang. Kalau bea balik nama untuk mobil listrik sih nol persen.
Jadi saya akan mengisi kupon ini lalu nanti kalau ingat akan memasukkannya ke kotak di supermarket? Sebentar, entah di mana kuponnya setelah saya foto.
5 Comments
Saya tidak pernah tertarik mengisi kupon undian. Beberapa kali mengisi saat membeli barang elektronik untuk kedai istri saya, semisal freezer, karena diingatkan karyawan toko yang melayani saya. Seperti halnya Paman, setelah mengisi saya tidak pernah melihat pengumumannya.
Anda belum beruntung, tepatnya tidak ingin beruntung.
Tapi spt pernah saya bilang, ada lho orang sering dapat undian maupun hadiah pintu, mbohsny kΓ©tang hadiah paling mirah. Namanya juga rezeki. π
Dahulu kala seorang kawan saya di Harian Surya, fotografer, langganan dapat doorprize di acara-acara yang digelar kantor misal perayaan HUT Surya. π Selalu dapat.
Maksud saya doorprize yang gede-gede seperti kulkas atau televisi.
Peruntungan dia di situ π