Setelah lampu LED kian memurah, bahkan kit untuk dirakit sendiri pun tersedia, soal penerangan jalan mestinya bukan masalah. LED lebih hemat setrum, bukan?
Nyatanya sejumlah ruas jalan tetap temaram. Terutama ruas jalan yang salah satu sisi, atau malah kedua sisi kanan kiri, bukan merupakan akses masuk ke rumah. Para pemilik rumah malas menyediakan penerangan memadai untuk jalan di samping rumah. Padahal soal kapan lampu menyala dan padam bisa diatur dengan sensor cahaya. Pagi lampu merem, senja lampu melek.
Renungan sambil bermalam kaki malam itu menggenangi benak saya saat melintasi sebuah blok. Semua orang menyukai jalan terang, namun tak semua orang bahkan yang listrik rumahnya 3.500 VA ke atas bersedia menyumbangkan cahaya.
Hal lain dari jalan kaki malam, saya beroleh kesan blok yang isinya lansia, umumnya berusia 70 ke atas, kadang masih ngobrol di luar rumah selewat magrib dan jam makan malam. Mereka penghuni awal perumahan, dan tentu sudah lama pensiun. Yang menarik, orang-orang yang suka meriung itu rumahnya biasa, tak berubah total dari bentuk lama bangunan. Saya belum tahu sebabnya.
Saat ini anak-anak sekolah libur. Dulu saat libur, malam di luar rumah, apalagi langit terang, padahal bulan cuma sepotong seperti saat ini, banyak anak usia SD hingga SMP di luar rumah.
Saya menduga pilihan aktivitas dan hiburan kini kian banyak. Hanya pagi sampai siang menjelang sore saya lihat anak-anak bersepeda maupun berjalan berombongan lebih banyak daripada biasanya. Namanya juga hari libur.