“Maaf Pak, boleh pinjam korek?” tanya Mas Teknisi 2, padahal saya barusan menaruh pantat di kursi teras sepulang dari bepergian. Saya sudah menebak untuk apa tetapi masih memastikan, “Buat apa, Mas?”
“Buat buka kabel di atas.”
Betul dugaan saya, Mas Teknisi 1 akan mengupas kabel internet-dan-TV. Maka saya pun mengambil korek yang berleher panjang di dapur. Kalau pakai korek gas biasa, untuk menyalakan rokok, terlalu pendek; bisa membakar jempol.
Memotong kabel biasa itu mudah. Yang sukar adalah mengupasnya. Setahu saya teknisi punya perkakas untuk mengupas kabel. Korek api adalah cara darurat ala MacGyver yang bisa ditiru bapak dan ibu rumah tangga. Tidak teranjurkan untuk teknisi profesional.
Memang sih kadang ada kabel yang menjengkelkan karena kulitnya alot dan licin padahal kabel di dalamnya kecil dan tipis. Satu kabel bisa dikupas, kabel sebelah malah terpotong.
Sudah begitu dua kabel yang menempel sejak dari pabrik sulit diceraikan, tetapi kalau dibelah malah menjadikan kabel yang mestinya terlindung itu telanjang. Taruh kata kulit kabel bisa dibakar, tetap saja alot untuk dipuntir lalu ditarik. Penggunaan pemotong rotary, yang murah harganya untuk jenis simpel, kadang bisa membantu.
Saya sebut kadang, karena saya pernah sulit mengupas kabel dengan pemotong rotary. Saya lupa akhirnya bisa memotong dengan apa.
Jadi apa masalahnya? Karena saya bukan tukang. Itu saja. Bagi tukang tulen, alat itu penting tetapi ada solusi jika alat khusus sedang tidak di tangan.