Siang panas di bulan Ramadan, Pak Waluyo tetap melayani. Kali ini dia menunggu konsumen di bawah pohon. Ada saja order untuk Lebaran.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Pak Waluyo penjahit keliling menjelang Lebaran

“Lho kok Njenengan masih buka? Kapan mulai prei?” tanya saya kepada Pak Waluyo, penjahit keliling, siang tadi hampir pukul setengah tiga. Cuaca masih panas dan gerah. Saya yang berjalan kaki ke warung di jalan raya sudah basah kuyup.

“Masih melayani. Saya mangkal di sini masih ada yang antar jahitan,” katanya.

Dia kadang berkeliling, kadang mangkal di bawah pohon pinggir kali. Para langganan sudah hafal. Tak perlu mencegat di depan rumah. Pak Waluyo tidak membuat baju, hanya menjahit untuk reparasi maupun menyambung kain.

“Kamis besok saya sudah prei, mudik ke Pekalongan,” katanya.

Pak Waluyo penjahit keliling menjelang Lebaran

Pekan lalu, pada jam yang sama, juga dalam perjalanan ke warung di jalan raya, saya bertegur sapa dengan Pak Waluyo. Juga pekan lalu, empat warung yang saya datangi ditunggui orang yang tertidur di lantai. Mereka kelelahan karena berpuasa dalam cuaca panas nan gerah. Pak Waluyo tetap bekerja.

“Alhamdulillah, kula taksih siyam,” katanya, tadi. Artinya, saya masih berpuasa.

Pun alhamdulilah, masih ada order untuknya. Tirai baru yang perlu dijahit. Baju baru yang harus dipermak. Celana jin dan pantalon yang butuh diperpendek. Semuanya untuk berlebaran.

Pak Waluyo penjahit keliling menjelang Lebaran

Penjahit keliling dengan benang jambon dan merah

Penjahit butuh tempat berteduh

8 thoughts on “Lebaran sudah dekat, penjahit keliling masih melayani

  1. Sebuah cerita kehidupan yang heartwarming. *mata berkaca-kaca
    Pak Waluyo amanah mengutamakan keperluan customers-nya dalam mempermak. Dan tetap puasa dalam kondisi panas dan lelah seperti itu. Semoga beliau selalu sehat walafiat dan berkah. Begitu juga sang penulis yang menceritakan kisah Pak Waluyo ini ehehe. 😊

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *