Belum bisa disebut sore, masih pukul 15.41, namun panasnya luar biasa. Mentari dengan garang membakar jalanan kompleks yang tanpa pohon peneduh. Kemarin saat berjalan kaki dari warung ke warung, mencari bumbu dapur, saya melihat sesuatu di jalan. Saya kira potongan tali untuk kegiatan luar ruang. Warnanya bagus: garis jingga di atas hitam. Saya suka warna oranye.
Saya amati, dengan membungkuk, lalu jongkok, tampaknya ini bangkai ular kecil. Panjangnya sekitar satu setengah jengkal. Ada kepalanya, tetapi saya tak tahu ular apa, pun berbisa atau tidak.
Misalnya berbisa, berbahaya bagi anak-anak kecil yang mengira itu mainan. Serum antibisa ular, bukan serum agar wajah glowing, tak semua rumah sakit punya. Misalnya di Jabar (¬ Detik). Ahli bisa ular di Indonesia pun baru seorang, yakni Dr. dr. Tri Maharani, M.Si. Sp. Em., di Surabaya (¬ Unair News).
Dari pencocokan gambar di mesin pencari, ular hitam bergaris jingga ini mirip kelompok ular karang (coral snakes), termasuk berbisa (¬ Poison Center Tampa). Namun di lokapasar, nama reptil ini pie snake, disebut sebagai piaraan jinak dan cantik.
Saya termasuk penakut terhadap ular. Bahkan hingga kuliah saya bisa spontan membuang majalah National Geographic dan buku Time-Life, serial referensi bergambar dari majalah Time dan Life, dari tangan ketika bertemu halaman dengan closeup ular.
Enam belas tahun silam, di sebuah studio foto yang pemiliknya seorang fotografer pemiara aneka ular, saya hanya menahan napas dan berkeringat padahal AC dingin pol. Seekor ular kecil entah apa, panjang dua setengah jengkal, masuk ke pipa celana bermuda saya. Saat itu saya bersila. Biarpun disebut tak berbisa saya tetap ketakutan.
2 Comments
Sepatu sandal Paman skoy.😁😬
Ngenyèk 😢